Sebuah kejadian menarik terjadi di arena Black Hat 2013, konferensi keamanan komputer yang diikuti para hacker di Las Vegas, Amerika Serikat. Konferensi itu kedatangan Direktur Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Jenderal Keith Alexander, pemimpin lembaga yang kini paling disorot setelah mantan pekerjanya, Edward Snowden, membeberkan aksi mata-mata yang dilakukan lembaga itu atas pengguna internet.
Saat Alexander menyampaikan pidatonya, Kamis 1 Agustus 2013, suasana ruangan konferensi terasa tegang. Sang direktur beberapa kali dicecar oleh peserta konferensi. Namun sang direktur tetap berusaha memaparkan bagaimana pentingnya program pengawasan lembaganya.
“Ini mungkin salah satu masalah terbesar yang dihadapi negara kita saat ini,” kata Alexander seperti dilansir The Verge.
Ia membela NSA dengan berkilah bahwa program metadata hanya mengumpulkan catatan telepon pelanggan operator telekomunikasi di AS, bukan mengumpulkan konten komunikasi. Alexander juga menjelaskan hanya ada 35 analis badan keamanan tersebut yang memiliki izin untuk mengolah antrean database pengawasan.
Alexander juga menampilkan salah satu screenshot database yang menunjukkan kolom waktu, durasi panggilan, nomor telepon maupun asal data yang disadap. Ia kembali berkilah bahwa pengawasan itu sesuai dengan ketentuan dari UU Patriot, undang-undang yang mencegah munculnya aksi terorisme.
Bahkan Alexander mengaku program pengawasan justru membantu NSA menghubungkan titik-titik yang dapat mengancam negara. Sementara program PRISM menurutnya telah membantu AS dan sekutunya dalam menanggulangi potensi 54 kegiatan yang terkait dengan teror.
Sontak saja, saat Alexander tengah menjelaskan program NSA merupakan program perlindungan, salah langsung ditanggapi pedas oleh peserta konferensi. “Kebebasan!” teriak peserta dengan lantang.
Alexander pun setuju dan menekankan bahwa apa yang dijalankan NSA punya tujuan sama dengan yang diinginkan peserta. “Tepat. Kami berdiri untuk kebebasan,” kata Alexander.
Jawaban sang direktur itu langsung ditanggapi dingin peserta lain. “Omong kosong!” jawab peserta lain.
Alexander bergeming. Ia melanjutkan penjelasannya bahwa teroris yang menyerang AS karena mereka ingin menerapkan hukum syariah dan melihat AS sebagai ancaman gerakan mereka.
Penjelasan ini langsung ditanggapi peserta. “Teroris ingin menyerang kita, kemudian kita mengebom mereka!” kata peserta lain.
Alexander tetap tenang, meski beberapa kali diinterupsi. Menjelang akhir pidato, seorang peserta kembali berteriak dan meminta Alexander untuk mengkaji konstitusi.
Alexander pun menjawab. “Ya, saya sudah mengkajinya. Anda juga harus demikian,” ujarnya yang disambut tepuk tangan ejekan.
Meski dibantai peserta, Alexander berpesan kepada peserta konferensi maupun kritikus NSA agar turut berkontribusi. “Anda adalah pertemuan talenta teknologi terbesar di dunia ini. Alasan saya dayang ke sini adalah meminta Anda untuk membantu kami agar jadi lebih baik. Jika tak setuju dengan kami, maka Anda seharusnya membantu dua kali lebih banyak,” ujarnya. (sj)
-vivanews-