Pabrik bayi pertama di dunia sedang dibangun di India. Tempat itu akan menjadi rumah bagi ratusan perempuan miskin yang dibayar untuk mengandung dan melahirkan anak-anak bagi pasangan kaya, terutama pasangan dari Eropa dan Amerika, yang tidak bisa hamil.
Para calon orangtua bisa mengirim sperma atau embrio ke sebuah toko di mana seorang perempuan kemudian disewa rahimnya untuk mengandung dan melahirkan anak, sebelum kemudian si orangtua datang untuk menjemput anak mereka yang baru lahir.
Klinik yang bernilai multi-juta dollar itu akan dilengkapi apartemen bagi pasangan kaya yang datang berkunjung, satu lantai untuk para surogate mother (perempuan yang disewa rahimnya untuk mengandung bayi orang lain dengan iseminasi buatan), kantor, kamar bersalin, sebuah departemen IVF, bahkan restoran serta toko suvenir.
Dokter di balik klinik pengembangan berteknologi tinggi itu adalah Nayna Patel, yang menjalankan sebuah klinik yang menampung sekitar 100 perempuan hamil dalam satu rumah. Patel membayar setiap perempuan yang disewa rahimnya dengan tarif 8.019 dollar atau sekitar Rp 91 juta dan menerima sekitar Rp 319 juta dari orangtua yang mengharapkan anak.
Program Patel di Anand, sebuah kota kecil di negara bagian Gujarat di mana klinik baru itu sedang dalam tahap pembangunan, telah melahirkan hampir 600 bayi untuk pasangan kaya. Dr Patel, seorang perempuan, membeberkan dalam sebuah film dokumenter di program BBC Four pada Senin (30/9/2013) malam bahwa dia telah menerima ancaman kematian dan menghadapi tuduhan mengeksploitasi orang miskin demi mendapatkan keuntungan.
“Saya menghadapi kecaman dan saya akan mendapat kecaman lagi. Menurut banyak orang, saya kontroversial. Ada dugaan tentang penjualan bayi, pabrik pembuatan bayi,” ujar Dr Patel.
Dr Patel menegaskan bahwa ia sedang dalam misi seorang feminis. Ia mengatakan “penyewaan rahim adalah soal cara seorang perempuan membantu yang lain”.
Dia menolak anggapan bahwa dirinya mengeksploitasi para perempuan yang menyewakan rahimnya itu. “Para perempuan itu melakukan pekerjaan,” katanya. “Ini sebuah pekerjaan fisik, mereka dibayar untuk pekerjaan itu. Para perempuan itu tahu tidak ada keuntungan tanpa rasa sakit.”
Seorang perempuan yang disewa rahimnya, Papiya, yang sedang hamil bayi kembar untuk pasangan Amerika, mengatakan, dia berencana untuk menggunakan uang hasil sewanya di sebuah rumah baru buat keluarganya. “Dengan memiliki bayi kembar, berarti kami mendapatkan fee yang lebih besar,” katanya. “Saat terakhir saya menjadi ibu yang menyewakan rahim, saya membeli barang-barang rumah tangga, sebuah mobil, dan meminjamkan sebagiannya untuk kakak ipar.”
Seorang perempuan lain yang juga disewa rahimnya, Vasanti, mengatakan bahwa ia mampu mengirim putrinya ke sebuah sekolah berbahasa Inggris yang baik dengan uang tunai yang ia peroleh. Dia juga menggunakan biaya itu untuk membangun rumah baru bagi keluarganya.
Dalam film dokumenter pada Senin malam itu, yang berjudul House of Surrogates, Dr Patel terlihat berdoa ketika dia meletakkan embrio di dalam rahim si ibu yang menyewakan rahimnya. Dalam dua minggu, tes darah akan menunjukkan apakah perempuan itu hamil atau tidak.
Namun, film itu mengungkap ada kemungkinan persoalan non-medis yang menimpa mereka yang terlibat. Seorang warga Kanada bernama Barbara (54 tahun) terjebak di India selama empat bulan dengan anaknya yang baru lahir dari seorang ibu yang disewa rahimnya sebelum Barbara mendapat semua dokumen yang diperlukan untuk bisa membawa anaknya pulang. Barbara, yang telah mencoba selama 30 tahun untuk menjadi seorang ibu, berkata, “Kemandulan merupakan masalah medis. Jika orang yang lahir dengan penglihatan yang buruk mendapatkan kacamata, dan penderita diabetes mendapatkan insulin, mengapa kami tidak bisa mendapatkan perawatan medis untuk masalah kami?”
(kompas.com)