Di tangan pelatih lokal Djadjang Nurdjaman, Persib finis di posisi empat Liga Super Indonesia (LSI) 2013. Posisi itu melompat empat tingkat dibandingkan musim sebelumnya. Padahal, Djadjang disangsikan kemampuannya karena datang setelah menjadi asisten Rahmad Darmawan di Pelita Jaya.
Di musim 2011/12, Maung Bandung ditangani dua pelatih. Drago Mamic bertugas hingga pertengahan musim. Dia kemudian mengundurkan diri dan Robby Darwis yang sebelumnya menjadi asisten ditunjuk menjadi caretaker. Robby akhirnya menempatkan tim yang pernah dibelanya sebagai pemain itu di posisi delapan di bawah Persiba Balikpapan.
Prestasi Djadjang sama dengan Persib pada musim 2009/10 kala dipegang Jaya Hartono dan dilanjutkan Robby Darwis. Jaya pada musim sebelumnya mengantarkan tim Pangeran Biru di posisi tiga. Posisi itu merupakan yang terbaik dalam lima musim terakhir.
Setelah itu Persib ditukangi pelatih asing Daniel Darko Janackovic. Namun sebelum kompetisi resmi bergulir, ikatan kerja sama diputus dan digantikan pelatih asing lainnya, Jovo Cuckovic. Sama halnya Darko, Jovo juga cuma sebentar menjadi pelatih. Perannya digantikan Daniel Roekito dan Persib finis di urutan tujuh pada musim 2010/11.
Berhasil menyamai posisi tiga musim sebelumnya, Djadjang enggan jemawa. Apalagi status pelatih lokal juga memiliki prestasi lebih baik untuk Persib dibandingkan dipegang pelatih impor.
“Ya bisa jadi. Tapi enggak seperti itu juga lah. Tapi mungkin, kalau saya bilang sih, lebih kepada Persib memang cocok ditangani oleh pelatih lokal,” kata Djadjang kepada Tribun di mes Persib di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Jumat (10/1).
sumber: tribunnews.com