Format Free Lossless Audio Codec (FLAC) tidak akan sepopuler CD atau DVD di masa jayanya. FLAC adalah format spesifik. Yakni, format untuk mereka yang benar-benar peduli terhadap kualitas suara.
Mereka adalah yang selektif terhadap musik, yang mau merogoh uang ekstra untuk membeli headphone atau in-ear-headset berkualitas tinggi. Merekalah yang disebut audiophile: orang-orang yang ingin mendengar musik mendekati kualitas rekaman aslinya di studio.
Meski mungkin pasarnya niche, meski demikian format FLAC rasanya akan tetap berpotensi untuk terus berkembang di masa depan seiring kemudahan untuk mendapat musik digital dalam format tersebut. Selain itu, juga semakin banyak pendengar musik yang semakin “dewasa” (tidak ingin terjebak dalam format MP3).
Namun, FLAC sendiri masih memiliki kompetitor. Dia berasal dari layanan musik streaming. Format streaming merupakan metode untuk mengakses musik dengan mudah.
Kendati penyedia layanan streaming saat ini masih menggunakan format 192 kbps dan 128 kbps yang inferior terhadap FLAC, tapi perusahaan seperti Spotify menggunakan format Ogg Vorbis dengan 320 kbps. Walau kategori lossy, tapi kualitasnya sudah lebih baik. Jadi, kita lihat saja bagaimana perkembangan ekosistem musik High Definition (HD) ini ke depan.(sindonews.com)