BANDUNG – Puluhan pedagang kaki lima (PKL) yang tergabung dalam Gerakan Aksi Masyarakat Lapar (Gampar) menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota Bandung. Pada pedagang tersebut biasa mencari nafkah di sepanjang Jalan Merdeka (BIP) Kota Bandung.
Para PKL tersebut menuntut kejelasan relokasi yang dilakukan Pemkot Bandung terhadap mereka. Sebelumnya, mereka direlokasi ke basement Mal Bandung Indah Plaza (BIP) pada Februari lalu yang diresmikan langsung oleh Wali Kota Ridwan Kamil (RK).
“Kami melihat ada banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam relokasi ini,” kata koordinator aksi, Ardison, Selasa (22/4/2014).
Ia memaparkan, kejanggalan tersebut di antaranya tidak ada musyawarah penentuan relokasi yang dilakukan oleh pihak Pemkot, BIP, dan pengurus lama PKL.
Selain itu, selama direlokasi, para PKL dibebani dengan biaya sewa sebesar Rp3 juta. Tidak hanya itu, setiap harinya selama tiga tahun para PKL dipungut biaya Rp5.000 sebagai uang koperasi.
“Padahal kan dari awal relokasi ini katanya gratis. Itu koperasi pun kami rasa fiktif, kami tidak merasa keberadaannya. Itu hanya akal-akalan Pemkot Bandung, Manajemen BIP,” ungkapnya.
Pihaknya sangat berharap bisa diajak musyawarah oleh pihak terkait. “Kami juga sangat berharap setial mal menyediakan lahan 10 persen untuk kami berjualan, dengan catatan harus manusiawi. Tentu konsekuensinya kami akan menjaga K3 (Keindahan, Ketertiban, dan Kebersihan),” jelasnya.
Berdasarkan pantauan Okezone, belasan PKL menggelar aksi teatrikal dengan bertelanjang dada sambil melumuri badan mereka dengan lumpur. Aksi tersebut dilakukan di depan gerbang Balai Kota Bandung.
(Okezone.com)