DALAM setiap perjalanan, sempatkan selalu untuk mencicipi kue tradisional daerah setempat dan singgah di kedai tua yang terawat. Dengan begitu, lewat cita rasa kita mengembusi nostalgia.
Kue atau camilan tradisional yang berpenampilan amat sederhana terkadang luput dari hasrat kita untuk mencicipinya. Namun, jangan pandang sebelah mata dulu sebelum kita mencobanya.
Jika kita menempuh perjalanan darat dari Tarutung di Tapanuli Utara ke Balige di Toba Samosir, kita akan melalui sebuah kota kecil yaitu Kecamatan Siborongborong, masih di Tapanuli Utara. Coba pasang mata di sepanjang jalan lintas antarkabupaten demi mencari para penjual kue yang berkeliling dengan sepeda. Mereka menjual kue tradisional yang populer di Siborongborong bernama ombus-ombus.
Yang disebut ombus-ombus sebenarnya amatlah sederhana. Hanya kue kukus berbahan tepung beras dengan isian kelapa parut dan gula kelapa atau gula putih. Penjual kue ombus-ombus biasanya sudah beredar berjualan sejak pagi-pagi ketika kue masih hangat dalam balutan daun pisang. Orang biasanya meniup-niup lebih dahulu kue itu sebelum dilahap. Dari perilaku itu konon sang kue dinamai ombus-ombus, yang kira-kira berarti mengembusi atau meniupi.
kedai Sedap, Pematang Siantar, Sumatera Utara, buka mulai pukul 08.00 hingga sore hari.
Branti Simanjuntak (44), seorang penjual kue ombus-ombus di Siborongborong bercerita bagaimana kue ini dibuat. Sejak subuh dia dan istrinya sudah bangun untuk membuat ombus-ombus. Pertama-tama, tepung beras diberi air mendidih kemudian diuleni dengan tangan hingga kalis. Kemudian, adonan tepung dibentuk bulatan-bulatan kecil dan diberi isian kelapa parut yang dicampur dengan gula kelapa atau gula putih. Setelah itu, kue dibentuk menjadi berbentuk limas, dibungkus daun pisang, lalu dikukus. Ombus-ombus ini dijual seharga Rp 1.000 saja per bungkus.
”Sehari biasanya terjual 300 bungkus. Kalau tahun baru bisa sampai 1.000 bungkus,” kata Branti.
Meskipun tak mengandung santan, ombus-ombus terasa cukup legit, tetapi tak membikin kita cepat enek. Manisnya gula kelapa dalam ombus-ombus tak terasa berlebihan. Kita bisa tanpa sadar menyantapnya hingga lima bungkus tanpa membuat perut terasa cepat penuh. Ombus-ombus kian terasa nikmat ketika disantap bersama teh hangat yang cukup kental. Kue ini juga terasa cocok dengan hawa Siborongborong yang sejuk.
Melintasi Kecamatan Porsea di Toba Samosir, kita juga bisa menjumpai orang-orang yang menjual penganan tipa di pinggir jalan lintas antarkabupaten. Yang disebut tipa ternyata adalah jajanan camilan yang terbuat dari beras yang diolah menjadi seperti emping. Beras yang disangrai kemudian dipipihkan. Sangat sederhana. Kita bisa mengemilnya begitu saja. Sebagian orang kadang mencampur tipa ini dengan kelapa muda parut dan ditaburi sedikit gula pasir. Dengan begitu, camilan rakyat sederhana ini menjadi lebih bercita rasa.
Tipa sebenarnya juga bisa kita nikmati seperti menyantap sereal untuk sarapan, dengan diguyur susu sapi atau susu soya dingin, dicampur dengan buah-buahan atau kismis.
Kedai sedap
Setiba di kota Pematang Siantar, bayangan santapan yang hinggap di benak tak lain adalah roti bakar srikaya dan kopi susu. Di kota ini, kita bisa menjumpai cukup banyak kedai-kedai kopi dan toko roti. Namun, ada satu kedai yang jangan sampai terlewat: Kedai Sedap di Jalan Soetomo.
Tampak depan Kedai Sedap terlihat bersahaja, menyempil di deretan pertokoan yang memenuhi ruas Jalan Soetomo. Di bagian muka kedai yang dipayungi kanopi tertulis kata ”Sedap” berwarna merah dengan bentuk huruf yang terkesan vintage alias kuno.
Usia Kedai Sedap memang cukup sepuh. Kedai ini didirikan di Pematang Siantar oleh Ho Fee Long di tahun 1939. Sebagian besar perabot di dalam kedai pun masih dipertahankan dalam gaya klasik, seperti meja marmer bundar, serta kursi-kursi kayu yang kokoh.
Salah satu penganan populer di kedai ini adalah roti bakar srikaya. Kelegitan srikaya dari kedai ini terjaga baik. Resep selai srikaya yang melegenda itu kini telah diturunkan hingga generasi ketiga. Yang dimaksud selai srikaya ini tak ada kaitan dengan buah srikaya. Sebuah kedai kopi di kawasan Tangerang, Banten, bahkan memasok khusus selai srikaya bikinan Kedai Sedap untuk dipulaskan pada roti bakar.
Pengelola kedai ini kini adalah Budiman Ho (60), cucu dari mendiang Ho Fee Long. ”Kami masih pakai resep srikaya lama. Santan, gula, telur. Dimasaknya lama dan seperti bikin dodol,” kata Budiman.
Konsistensi selai srikaya bikinan Kedai Sedap cukup pekat dan legit. Selai ini kemudian dipulas tipis-tipis pada roti tawar yang telah dibakar dengan arang kayu. Roti tawarnya pun berbeda dengan roti tawar masa kini yang cenderung kenyal.
Roti tawar ini ketika dibakar terasa lebih renyah dan tak terasa kenyal saat dilumat di rongga mulut. Sebelum roti diiris-iris, bentuk utuhnya menyerupai lubang kunci kuno. Budiman lalu mencoba mengempeskan roti tawar utuh dengan menekannya kuat-kuat kedua sisinya dengan dua tangan. Ketika dilepas, roti segera kembali ke bentuk semula. ”Inilah bedanya dengan roti zaman sekarang,” kata Budiman.
Hingga kita meninggalkan Pematang Siantar, kenangan cita rasa legit lembut dari roti bakar srikaya rasanya masih terus membekas dalam ingatan. Tak ada salahnya membeli stoples mungil selai srikaya bikinan Kedai Sedap. Dia akan mengintip jenaka dari dalam kantong plastik sepanjang perjalanan pulang. Nymmm (sumber: kompas.com)