Caringin | Puluhan hektar area pesawahan milik warga Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, terancam gagal panen. Irigasi Citengah yang mengaliri sawah maupun ladang palawija di sana tertimbun longsoran tanah beberapa waktu lalu.
Udin (42), petani di Kampung Nangoh RT 03/01, Desa Cimande, mengatakan, lahan sawah sebagai mata pencahariannya saat ini kekeringan akibat aliran kali dari irigasi utama tertimbun tanah longsor.
“Sudah satu minggu setelah terjadinya longsor, kali kecil yang bersumber dari irigasi untuk mengaliri sawah kami kering. Jadi area sawah kami tidak teraliri air sama sekali,” akunya, saat di Kantor Desa Cimande, Senin (14/4).
Hal senada dikatakan pengurus Irigasi Citengah, Uci Sanusi (53). Terputusnya aliran kali untuk mengaliri area sawah milik warga akibat longsor tanah di atas irigasi utama. Kejadian longsor itu, ketika cuaca hujan deras yang disertai angin kencang minggu lalu. “Longsoran tanah yang menutupi aliran kali kecil di lokasi Irigasi Citengah bisa menyebabkan pesawahan petani gagal panen. Terlebih pasokan air sawah mereka berasal dari aliran kali irigasi itu,” kata Uci.
Saat ini, warga dengan alat seadanya melakukan perbaikan dengan cara mengeruk tanah yang menutupi irigasi. Bahkan, warga membuat penahan tebingan agar tidak terjadi longsor susulan dengan cara menumpuk karung berisi tanah. “Upaya warga selama satu minggu dengan melakukan perbaikan belum maksimal. Sebab cuaca hujan menjadi kendala warga memperbaiki irigasi dengan alat seadanya,” ungkap Uci.
Agar tidak terjadi longsor susulan akibat kondisi tanah labil di sekitar irigasi utama, Uci meminta Pemkab Bogor melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) segera melakukan perbaikan. “Kami berharap pemerintah membangun tembok penahan tebing (TPT) di tebingan sekitar lokasi irigasi ini,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Desa (Kades) Cimande, Sudarjat, menjelaskan, dampak tertutupnya irigasi itu membuat kekeringan bagi petani dan warga di dua RW. “Air yang mengalir dari irigasi selama ini digunakan warga untuk mengaliri area pesawahan, mushola serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Air kali ini juga dimanfaatkan warga di RT 01 sampai 04 dan RW 01-02,” jelasnya.
Kades mengaku, pihaknya sudah melaporkan kejadian itu ke UPT Teknik Pengairan Wilayah Ciawi satu hari setelah terjadinya longsor. Namun, sampai saat ini belum ada informasi dari pihak UPT terkait hasil pengecekan yang dilakukan petugasnya.
“Keinginan kami, irigasi itu segera diperbaiki pemerintah. Kami di desa tidak akan mampu memperbaiki seperti semula, karena terbentur anggaran yang diperkirakan cukup besar. Apalagi, selama ini upaya warga memperbaiki irigasi itu sudah dilakukan,” pungkasnya.
(Jurnal Bogor)