Cita-cita Bupati Bogor mewujudkan Kabupaten Bogor sebagai kabupaten termaju di Indonesia nampaknya masih sulit lantaran masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Antara lain menyediakan sarana dan prasarana yang memadai di bidang pendidikan.
Sebagian pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan adalah nasib Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Arafah di Kampung Ciuncal RT 3/11, Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg. Meski sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Abu Naim ini secara struktural berada di bawah kewenangan Kementerian Agama (Kemenag). Namun dalam berbagai kesempatan Bupati Bogor Rachmat Yasin selalu menegaskan tidak akan membeda-bedakan sekolah negeri maupun swasta dan antara sekolah formal maupun nonformal.
Nasib murid MTs Al Arafah sungguh mengenaskan, lantaran tidak punya ruang kelas. Puluhan murid peserta Ujian Nasional (UN) terpaksa melangsungkan ujian di sebuah kebun terbuka di sekitar sekolah. Puluhan murid nampak duduk di kursi bambu tanpa tenda. Beruntung selama ujian berlangsung tak ada hujan.
Yang lebih miris, berdasarkan pengakuan pihak sekolah, jauh sebelumnya pihak sekolah telah berulang kali meminta bantuan ke Pemkab Bogor untuk membangun ruang kelas baru (RKB). Akan tetapi hingga kini masih juga belum ada respons menggembirakan.
“Kami masih kekurangan ruang tempat untuk belajar. Padahal kami sejak lama sudah meminta bantuan untuk menambah ruang kelas baru, namun tidak ada respons. Hingga ujian seperti ini terpaksa dilakukan di luar kelas. Selama berdiri 14 tahun lalu, kami hanya mengandalkan biaya pendidikan dari para siswa untuk membayar 14 guru honorer yang ada,” ungkap Ketua Yayasan Abu Naim, Mad Soleh, kutip Jabarmedia Selasa (6/5).
Mad Soleh menjelaskan, dari 330 siswa yang mengikuti ujian, mereka tidak hanya melakukannya di kebun, namun sedikitnya 89 siswa juga melakukan ujian dalam ruangan majelis atau mushola di sekitar sekolah.
“Kami berharap ada uluran tangan dari dermawan atau pihak swasta untuk membantu pembangunan ruang kelas baru. Agar ke depan adik kelas mereka yang saat ini kelas satu dan dua tidak lagi melakukan uijan di luar ruangan dan tidak merasakan apa yang kini sedang terjadi,” tambahnya.
Masih kata Mad Soleh, dahulu pihak yayasan pernah menggunakan kantor Kecamatan Cigudeg sebagai tempat belajar, sebelum pindah ke tempat sekarang. “Seiring terus bertambahnya siswa, mau tak mau pihak yayasan harus membangun dengan bangunan seadanya, yang terdiri dari dua ruang kelas dan satu ruang guru,” lanjutnya.
Fitri, salahsatu siswi MTs Al Arafah peserta UN, mengaku sangat terganggu konsentrasinya akibat terik matahari dan kondisi lingkungan yang tidak layak. “Kurang bisa berkonsentrasi karena tidak tenang dengan kondisi ini, ditambah panasnya terik matahari membuat seluruh badan seperti dipanggang. Untung tak ada hujan,” pungkasnya.
(jb/jabarmedia)