Penarikan serta revisi naskah ujian nasional (unas) SMP mata pelajaran bahasa Indonesia gara-gara ada nama Joko Widodo (Jokowi) berakibat fatal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerima banyak laporan tentang butir-butir soal yang amburadul.
Kemendikbud memang dihadapkan pada masalah yang pelik terkait keberadaan butir soal unas yang mencatut nama gubernur DKI Jakarta sekaligus calon presiden PDI Perjuangan itu.
Seandainya mereka tidak menarik dan merevisi, polemik soal unas Jokowi seperti pada unas jenjang SMA bakal terulang lagi. Laporan dari daerah, penarikan ini dilakukan di sejumlah provinsi. Seperti di Bali dan Kalimantan Utara serta di Jawa Barat.
Akhirnya Kemendikbud memutuskan menarik dan merevisi soal ujian bahasa Indonesia itu. Tetapi ternyata keputusan itu menimbulkan masalah. Dengan mepetnya masa penyusunan ulang naskah dan penggandaan serta pendistribusian, panitia penyelenggara tentu bekerja ekstra.
Sehingga ada potensi peninjauan butir-butir naskah ujian bahasa Indonesia hasil koreksian tadi tidak maksimal. Akibatnya laporan dari sejumlah daerah, termasuk Jakarta bahwa banyak butir soal ujian yang ganda alias rangkap. Bahkan di daerah Cimahi, Jawa Barat, ujian sempat terntuda karena peserta binggung menghadapi soal ganda itu.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud Ibnu Hamad mengakui ada laporan dari daerah, terkait penyusunan butir-butir soal ujian yang membingungkan.
Selain ada butir soal ujian yang ganda, Ibnu mengatakan ada juga soal ujian yang tidak urut. Selain itu ada juga nomor butir soal ujian yang hilang atau tidak ada.
Ibnu tidak bersedia mengkonfirmasi bahwa banyaknya masalah penyusunan butir soal ujian itu terkait dengan penarikan dan revisi naskah unas bahasa Indonesia. Dia hanya mengatakan, kelemahan-kelemahan dalam penyusunan butir soal unas itu, tidak akan merugikan siswa.
“Sudah komitmen Kemendikbud dan penyelenggara ujian, siswa tidak boleh dirugikan akibat kejadian ini,” katanya. Untuk itu, guru besar Universitas Indonesia (UI) itu meminta para peserta ujian tidak perlu panik. Peserta ujian diminta tetap mengerjakan soal unas dengan jujur dan tenang.
Selain tidak berjalan mulus, upaya Kemendikbud merevisi soal unas itu ternyata tidak tuntas 100 persen. Sebab ada laporan dari Jakarta dan Bandung, bahwa nama Jokowi masih ada di ujian bahasa Indonesia kemarin. Salah satu laporan adanya nama Jokowi itu, disampaikan ke posko unas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Bentuk soal yang ada nama Jokowi-nya itu sama dengan saat unas jenjang SMA dulu. Yakni biografi Jokowi dipakai sebagai uraian soal. Setelah diuraikan biografis singkat Jokowi tadi, siswa diminta mencari sikap yang patut diteladani. Salah satu pilihan jawaban soal itu berbunyi; gigih, ulet, kerja keras.
Ibnu mengatakan tidak ada niat apapun oleh tim penyusun naskah unas ketika memasukkan biografi Jokowi itu. Dia menuturkan soal ini dirancang pertengahan tahun lalu. “Tim murni ingin membuat soal dengan mencantumkan nama tokoh terkini yang factual,” ujarnya.
Dia berharap masyarakat tidak terlalu berpolemik atas keberadaan butir soal unas yang kembali mencatut nama Jokowi itu.
(JPNN)