Sebanyak 13 warga Kabupaten Garut diduga telantar di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, sejak sepekan lalu. Mereka yang awalnya dijanjikan pekerjaan menangkap cumi di laut ini kelaparan dan minum air laut di atas perahu tanpa atap.
Mira (25), warga Jalan Ciwalen Karamba, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garutkota, mengatakan kedua adiknya, yakni Yoga Selamet (19) dan Yogi Firdaus (21), awalnya pergi untuk bekerja di kawasan Pluit di Jakarta, 20 Juni 2014. Mereka sebelumnya dijanjikan bekerja sebagai penangkap cumi di PT Bandar Nelayan.
Kedua adiknya ini, kata Mira, direkrut dengan hanya memperlihatkan KTP atau Kartu Jamkesmas. Kemudian, mereka dipekerjakan di Jakarta dalam sebuah kapal besar dengan sarana memadai, termasuk dijanjikan gaji Rp 750 ribu per bulan ditambah tunjangan Rp 50 ribu per hari.
Pertamanya, sembilan pemuda, termasuk Yoga dan Yogi, direkrut dan diberangkatkan ke Jakarta. Pada 22 Juni 2014, perusahaan tersebut kembali merekrut 3 warga Kelurahan Ciwalen dan 1 warga Kelurahan Kotakulon. Akhirnya terdapat 13 warga Garut yang dipekerjakan sebagai penangkap cumi tersebut.
“Mereka menceritakan itu lewat telepon. Katanya sangat memuaskan tetapi mereka belum bekerja dan belum tahu apa yang akan dikerjakan. Akhirnya mereka meminta saya bertanya pada perusahaan, mau dipekerjakan sebagai apa. Ketika saya tanya, saya malah dibentak,” kata Mira saat ditemui di Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Garut, Senin (7/7/2014).
Menurut Mira, dia kehilangan kontak dengan kedua adiknya selama empat hari. Baru pada Rabu (2/7/2014), adiknya menelepon mengabarkan mereka dalam keadaan memprihatinkan untuk bertahan hidup.
Menurut laporan adik Mira, 13 warga Garut tersebut terlantar di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Mereka tinggal di atas perahu tanpa atap, tanpa makanan layak, dan air bersih. Karenanya, mereka mengalami kelaparan dan terpaksa minum air laut.
Kata Mira, sebelumnya mereka mendapat perlakuan baik di kapal besar. Setelah 13 orang tersebut dipindahkan ke kapal kecil menuju Merauke di Papua, kemudian dipindahkan ke kapal yang lebih kecil lagi. Akhirnya, mereka pun tinggal di atas perahu kecil tanpa pekerjaan yang jelas dan tanpa tempat tinggal.
“Kata adik saya, ini masalah hidup dan mati. Mereka meminta segera dipulangkan ke Garut. Kabar terakhir, perahu mereka bocor dan akhirnya tinggal di tempat yang bau bangkai. Tadinya mereka mau dipecah lagi tapi 13 warga Garut ini menolak dipisahkan,” katanya.
Hal serupa dikatakan Ulfah (22), tetangga Mira yang bernasib sama. Suaminya, Indra Rianto (25), pergi bersama kelompok tersebut untuk menjadi penangkap cumi. Namun kabar terakhir yang didapat, Indra tinggal di tempat yang bau bangkai.
“Kami hanya berharap mereka segera dipulangkan. Setelah melaporkan hal ini ke Polres Garut, kami segera keJakartamendatangi alamat perusahaan. Kami pikir ini sudah menjadi kasus perdagangan manusia dan penelantaran. Diperkirakan, ada lebih banyak korban,” katanya
(tribunnews)