Pelabuhan-pelabuhan Indonesia berukuran relatif kecil. Akibatnya tidak muat dimasuki kapal-kapal kargo (barang) raksasa, sehingga mereka memilih masuk ke Singapura dan Malaysia terlebih dahulu.
Direktur Utama PT Pengembang Pelabuhan Indonesia Dani Rusli mengatakan, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saat ini tidak dapat memasukan kapal-kapal barang yang kapasitasnya sangat besar.
“Sehingga, kapal-kapal barang ini masuknya ke Malaysia atau ke Singapura terlebih dahulu, kemudian dengan kapal yang lebih kecil barang-barang tersebut baru diangkut ke Indonesia,” ujar Dani ditemui di Restoran Harum Manis, Jakarta, Senin (14/7/2014).
Hal tersebut berdampak besar, karena terjadi potensial loss yang sangat besar, karena barang yang seharusnya ke Indonesia terpaksa mampir ke Singapura atau Malaysia terlebih dahulu.
“Potensial loss-nya besar sekali,” katanya.
Pertanyaannya mengapa kapal raksasa tidak bisa masuk ke pelabuhan Indonesia dan terpaksa mampir ke Singapura atau Malaysia dulu?
“Kapal-kapal barang saat ini telah berevolusi, kapasitasnya besar sekali, muat barang sangat banyak, rata-rata 15.000 TEUs (twenty-feet ewuivalent units), bahkan sudah mulai banyak yang 18.000 TEUs,” kata Dani.
Sementara pelabuhan-pelabuhan di Indonesia terutama yang terbesar di Tanjung Priok, Jakarta, hanya dapat menampung kapal dengan muatan maksimal 6.000 TEUs.
“Makanya kapal-kapal besar tidak bisa bersandar di Indonesia, harus bersandar di Singapura atau Malaysia yang mempunyai kapasitas pelabuhan besar sekali,” katanya.
“Solusinya harus bangun pelabuhan baru, karena kalau mengandalkan Tanjung Priok tidak mungkin lagi, karena Priok sudah sangat padat, kita hampir tercekek, makanya saat ini kita sedang bangun New Tanjung Priok di Kalibaru yang 60% pembangunan Tahap I akan selesai awal 2015 ini,” ungkapnya.
“New Tanjung Priok ini ditargetkan akan beroperasi penuh pada 2020 dengan kapasitas total 20 juta TEUs terdiri dari 7 terminal dan 2 terminal produk,” tutupnya.
(detik)