Terinspirasi dengan Wayang Golek yang pada umumnya terbuat dari kayu. Namun, Drajat Iskandar warga Cijahe, Semplak Kota Bogor mencoba menciptakan betuk baru wayang golek dengan bahan dasar bambu.
Seniman sunda ini menciptakan sesuatu yang baru untuk memperkaya khasanah budaya Nusantara.
Wayang bambu menurut yang akrab di panggil Ki Drajat ini bisa dikatakan sebuah bentuk pengembangan dari wayang golek pada umumnya. Karena tokoh dan karakteristik wayang ciptaannya sama seperti yang diperankan wayang golek kayu termasuk ornamaen yang dikenakannya.
Namun, menurut Ki Drajat, cerita yang diangkat wayang bambu tidak sama dengan wayang golek. ”Saya ciptakan cerita sendiri, karena saya berkeinginan wayang bambu menjadikannya ikon di kota Bogor ini,” katanya.
Drajat menambahkan, konon, wayang golek baru ada Di Cirebon sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar.
Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).
“Wayang golek yang ada sekarang adalah merupakan pengembangan wayang golek sebelumnya, baik cerita ataupun bentuk dengan bahasa yang yang disesuaikan dengan jamannya,” tambah lelaki penyandang pemuda pelopor dua tahun berturut itu.
Diakui Ki Drajat, pembuatan wayang bambu cukup sulit karena harus menjalin bilah-bilah bambu yang rumit. Terutama pada saat membuat suvenir wayang bambu dalam botol yang membutuhkan 3 kali eksperimen untuk mendapatkan bentuk yang sempurna.
“Selain wayang bambu utuk di pergelarkan dengan sebuah cerita di atas panggung, saya buat juga dalam bentuk mini sebagai souvenir khas Bogor “ Jelas Ki Drajat.
(berita bogor)