Siapa yang tidak doyan siomay? Makanan asli negeri Tiongkok yang diadaptasi sebagai makanan lokal Indonesia. Bedanya, siomay Indonesia kebanyakan menggunakan ikan tenggiri sebagai bahan pokok pembuatannya. Serta menggunakan saus kacang dan biasanya ditemani makanan lain seperti tahu, kentang rebus, dan kubis.
Lalu bagaimana jika Siomay Pink, tertarik mencobanya? Anda tidak perlu bingung dengan namanya. Siomay Pink tidak secara harafiah menyajikan siomay yang berwarna pink, melainkan bangunan yang dicat serba pink bahkan perabotan yang digunakan semuanya berwarna pink seperti meja, kursi, dan piringnya. Tidak tanggung-tanggung, mobil dan sepeda yang dipakai berjualan ikut diwarnai seragam untuk benar-benar menonjolkan brand Siomay Pink ini.
Siomay yang disediakan di sini berbeda dengan yang disediakan di tempat lain. Sebab, perbandingan ikan tenggiri dan sagu adalah lima banding satu. Selain itu, ada makanan lain seperti otak-otak dan kornet sebagai teman makan siomay. Jadi mengapa Siomay Pink begitu spesial sampai dijadikan sebuah buku yang berjudul “Siomay Pink Sebuah Perjalanan Mencari Cinta”?
“Karena itu adalah perjalanan hidup saya dari yang dulu sukses terus bangkrut kemudian bangkit lagi sampai sekarang ini,” kata Sriyono, pemilik dan pembuat Siomay Pink.
Dia menceritakan bagaimana perjuangannya dalam berjualan siomay yang telah berlangsung selama 33 tahun. “Selama 15 tahun saya berjualan pakai sepeda, 8 tahun di mal, kemudian 6 tahun tidak jelas karena saat itu saya bangkrut dan akhirnya 4 tahun belakangan ini terbentuklah Siomay Pink,” tutur lelaki kelahiran Klaten ini.
Warna pink tidak asal dipilih sebagai warna brand ini. Namun, ada kisahnya sendiri. “Itu (pink) warna kesukaan anak saya. Mereka korban perceraian, saya tidak boleh bertemu mereka setelah bercerai. Karena saya rindu mereka makanya saya mengecat pink sepeda saya,” ujar Sriyono.
Ternyata warna ini membawa berkah tersendiri baginya, karena dengan warna yang nyentrik ini orang-orang dengan gampang ingat pada siomay yang satu ini. “Siomay Pink ini karunia Tuhan,” tambahnya.
Meskipun telah terkenal, Sriyono tidak seperti kacang lupa kulitnya. Dia masih dengan rendah hati berjualan menggunakan sepeda pink andalannya yang khas dengan dua boneka beruang pink di keranjangnya.
“Kalau hari biasa saya jualan pakai sepeda di Jalan Radio I (Kebayaron Baru, Jakarta Selatan), mobilnya untuk jualan hari Minggu di Car Free Day (Senayan-Thamrin),” kata Sriyono.
Selain sepeda dan mobil, Sriyono juga berjualan dengan membuka restoran di Jalan Tentara Pelajar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tempat ini dibuka tiap hari pukul 6 pagi sampai 11 malam. Anda tidak mungkin kelewatan saat sedang mencari tempat ini karena warna pink yang mentereng bisa dilihat dari jauh. Untuk harganya adalah Rp 9.000 sesuai dengan kualitas dan rasanya.
(kompas.com)