Curug Seribu di Bogor, Kental dengan Nuansa Mistis

by -330 views

Curug seribuWisata alam Curug Seribu di Gunung Bunder, Bogor terkenal mistis, namun eksotis. Banyak kisah tentang air terjun ini, namun pemandangan yang indah selalu mengundang wisatawan untuk datang.

Nuansa mistis tapi eksotis menggerakan kami untuk mengunjungi Curug Seribu. Hanya dengan membayar uang masuk Rp 15.000 di pintu masuk utama objek wisata Gunung Bunder, kami pun bisa melanjutkan perjalanan ke Curug Seribu.

Sesampainya di sana, sejenak saya dan teman-teman beristirahat untuk makan siang di sebuah warung dekat dengan pintu masuk sebelum melanjutkan tracking turun ke curug. Kami membayar lagi tiket masuk sebesar Rp 5.000 dan kami pun mulai tracking turun menuju curug.

Melewati jalan setapak yang mulanya masih bagus hingga jalan berbatu yang terjal, kami menikmati pemandangan indah di kiri kanan jalan yang cukup memanjakan mata. Di tengah perjalanan kami menemui beberapa mata air yang masih segar dan dapat langsung diminum dan juga air terjun kecil yang airnya sangat jernih. Sedikit kelelahan, kami pun mencoba meminum air tersebut dan memang airnya sangat segar.

Baca Juga:  Jasa Raharja Jamin Santunan untuk Korban Kecelakaan di Tol Cipularang

Tidak hanya itu, kami pun berjumpa dengan segerombolan monyet hutan yang bergelantungan di sepanjang perjalanan. Kami sengaja tidak mengeluarkan ponsel dan makanan, karena takut kalau monyet tersebut menghampiri dan mengambil barang bawaan kami. Monyet di sana masih sangat liar.

40 Menit perjalanan kami lewati dan jalan bebatuan pun makin terjal dan gemuruh suara air terjun mulai terdengar. Ada pohon tumbang yang melintang menghalangi jalan. Kami harus sedikit menunduk agar bisa melewati pohon besar tersebut. Hampir satu jam perjalanan kami lewati dan kami pun sampai di Curug Seribu.

Kesan mistis mulai terasa ketika kami sampai di depan curug. Curug yang begitu besar dan dikelilingi lembah yang sangat terjal menambah kengerian suasana di sana. Memang sangat ngeri apabila ingin mendekati curug karena arus airnya yang sangat deras. Kami pun tidak mencoba mendekati atau mandi di bawah curug.

Bukan berwisata namanya kalau tidak menggali informasi seputar objek wisata. Saya berinisiatif untuk bertanya kepada pedagang warung kopi di sana. Dia bercerita mengenai Curug Seribu.

Baca Juga:  Mengenal Pneumonia, Penyebab Utama Kematian Balita di Indonesia

“Memang selalu ada korban di sini mas!” kata bapak penjaga warung tersebut.

Dia bercerita dulu ketika objek wisata ini dipegang pemerintah daerah, selalu saja ada korban karena tidak ada yang menjaga di sini. Tapi ketika objek wisakta ini diberikan dan dikelola oleh warga sekitar, sudah jarang ada korban.

“Sungguh amat mistis di sini. Tapi kalau kita sopan dan tidak sombong, tidak akan terjadi apa-apa,” ungkap bapak penjaga warung.

Tiba-tiba dia mengambil pengeras suara dan berteriak, “Hei! Jangan kesana, Mas. Lihat pembatasnya!”

Saya melihat ada seorang wisatawan yang mencoba mendekati curug dan melewati tali pembatas yang terpasang. Ternyata memang sudah ada batasan-batasan dimana saja kita boleh bermain dan melakukan aktivitas rekreasi. Ada tali panjang yang membentang membatasi curug dengan pengunjung dan kita tidak boleh melewati tali tersebut.

“Sebelum dibatasi, banyak wisatawan yang tenggelam di curug, Mas!” ujarnya.

Dia bercerita bahwa suatu ketika pernah ada wisatawan yang tenggelam dan tidak mengapung kembali. Harus dengan bantuan tim SAR, itu pun mereka tidak boleh lebih dari 5 menit menyelam, karena akan beku di dalam air.

Baca Juga:  Wisatawan Bingung Baca Papan Informasi Wisata Kota Bogor

Batasan berkunjung curug hanya sampai pukul 16.00 WIB sore. Tidak dianjurkan untuk para pengunjung berada di sana lebih dari pukul 16.00 WIB. Bahkan warga sekitar pun tidak ada yang berani. Semakin seru obrolah saya dengan penjaga warung, dan dia juga bercerita soal kejadian kesurupan.

“Sering terjadi kesurupan juga Mas di sini, sering kali yang kesurupan itu titip pesan ke saya agar menjaga tempat ini dan memperingati pengunjung agar tidak ke area yang dilarang. Ketika kita bertamu kita harus menghormati yang punya tempat, jangan masuk kalau tidak diizinkan, kalau tidak nanti yang punya tempat bisa marah,” ucap si bapak penjaga warung bercerita panjang lebar.

Traveling kali ini mengesankan untuk saya, tidak hanya menikmati pemandangan keindahan alam tetapi juga mendapat informasi tentang objek wisata tersebut.

(detik.com)

About Author: Damar Alfian

Gravatar Image
Damar Alfian adalah seorang penulis dan kontren kreator di Bandung, Jawa Barat. Dia juga sebagai kontributor di beberapa media online.