Setelah Kecamatan Sukaluyu dan Ciranjang, Kabupaten Cianjur yang mulai menunjukan adanya gejala kekeringan pada musim kemarau tahun ini, dampak kekeringan meluas hingga di Kec. Cianjur dan Cugenang. Warga mulai mengeluh dengan berkurangnya debit air sumur bor.
Surutnya air sumur bor di rumahnya sudah terjadi sejak sebulan lalu. “Sejak memasuki musim kemarau saja air jadi berkurang. Saya dan keluarga untuk kebutuhan mandi sampai mengungsi ke tetangga yang sumurnya masih cukup air,” ucap Uuss (42), warga Pamoyanan, Cianjur.
Bahkan, Uus sudah menggali sumur bor yang dimilikinya lebih dalam lagi hampir 12 meter dan air belum juga keluar.”Tapi tak semua sumur di rumah warga kering. Masih ada sumur yang tak kering, namun airnya tak begitu melimpah,” ujarnya.
Menyusutnya debit air sumur bor juga dirasakan Yaya Rohaya (49). Warga Gang Harapan I RT 02/12 Kelurahan Sayang Kecamatan Cianjur itu mengaku, debit air sumur di rumahnya mulai menyusut. “Saya kan pakai jet pump. Tarikan air saat ini sangat kecil. Malahan terkadang sulit naik airnya,” katanya.
Meskipun tak terlalu mengganggu aktivitas kebutuhan sehari-hari, seperti mandi cuci dan kakus, tapi Yaya khawatir, kemarau akan berkepanjangan. “Mudah-mudahan saja hujan cepat turun. Kalau tahun ini kemaraunya tidak terlalu panjang, suka diselingi hujan juga. Kalau tahun lalu mah kemaraunya panjang,” ujarnya.
Kurangnya debit air dirasakan juga untuk mengairi sawah warga. Pasalnya, beberapa sumber air seperti sungai dan saluran irigasi juga sudah mulai mengering. “Mungkin panen kali ini tak akan terlalu banyak jika melihat kondisi kemarau dan kurang air seperti ini,” tutur salah seorang petani di Cugenang, Yaya (50).
Sementara itu, Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) Kabupaten Cianjur Yoni Raleda mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi bencana kekeringan bersamaan prediksi memasukinya musim kemarau. Terutama antisipasi di daerah-daerah tadah hujan.
“Bentuk antisipasinya misalnya,menjaga sumber-sumber air yang ada di setiap wilayah. Seperti di Desa Babakan Caringin Kecamatan Sukaluyu, Dinas Tarkim yang memasang pemipaan ke rumah-rumah penduduk.Pemipaan itu tidak hanya untuk suplai ke Babakan Caringin saja, tapi juga hingga ke Desa Tanjungsari dan Hegarmanah,” ucapnya.
Sebenarnya, kata Yoni, wilayah di Cianjur tidak ada yang mengalami krisis air bersih. Hanya, kondisi di lapangan antara sumber air dan permukiman penduduk berjauhan. “Kalaupun terjadi kekeringan, itu karena memang terjadi di wilayah-wilayah tadah hujan,” ujarnya.
Dari hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, setidaknya ada 18 kecamatan dan total 32 kecamatan di Cianjur yang dinyatakan siaga kekeringan.
Sejumlah kecamatan tersebut, antara lain Kec. Agrabinta, Kec. Cidaun, Kec. Tanggeung, Kec. Kadupandak, Kec. Pasirkuda, Kec. Cijati, Kec. Pagelaran, Kec. Sukanagara, Kec. Campaka, Kec. Campakamulya, Kec. Cibeber, Kec. Cilaku, Kec. Bojongpicung, Kec. Ciranjang, Kec. Cianjur, Kec. Karangtengah, Kec. Sukaluyu, dan Kec. Haurwangi.
“Sepuluh kecamatan di antaranya berada di wilayah Cianjur selatan. Tiap tahun setidaknya di beberapa kecamatan memang sudah menjadi wilayah rawan kekeringan. Namun ada kecamatan yang biasanya tidak pernah kekurangan air, namun tahun lalu mengalami kekeringan dan masuk dalam pemetaan kekeringan yang kami buat,” ujar Kepala BPBD Cianjur, Asep Suhara.
(pikiran rakyat)