Akibat musim kemarau tanaman padi di areal seluas 20 hektar di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, gagal panen. Kondisi terparah terjadi di Desa Tegal Waru, keringnya areal pesawahan di desa ini, selain karena musim kemarau, kekeringan juga diakibatkan tak berfungsinya saluran irigasi.
Kekeringan yang melanda puluhan hektar sawah itu menyebabkan petani merugi ratusan juta rupiah. “Ya mau diapakan lagi semua sudah terjadi. Sekarang ini, kami hanya bisa pasrah menerima keadaan,” keluh Ketua Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan Tegal Waru, Encep, Minggu (21/09).
Ia menambahkan, kekeringan yang melanda areal pesawahan di Desa Tegal Waru itu sebenarnya bisa dicegah, jika saja perbaikan bendung yang ada di hulu Sungai Ciampea rampung sebelum datangnya musim kemarau.
“Bendung atau dam irigasi yang ada di hulu Sungai Ciampae, tak berfungsi lantaran ambrol diterjang longsor dan sampai sekarang perbaikannya belum rampung,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia menjelaskan, bukan hanya sawah saja yang kering, tapi juga sumur-sumur warga. “50 persen warga yang tinggal di desa ini semuanya menggunakan sumur tanah sebagai sumber air bersih. Tapi sejak awal bulan lalu, sebagian besar sumurnya sudah mengering. Ini yang menyebabkan warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Parahnya sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah Kabupaten Bogor,” jelasnya.
Kepala Desa Tegal Waru, Haerudin, membenarkan kalau desa ini mengalami kekeringan.”Kekeringan memang belum begitu parah. Tetapi dalam satu minggu ini hujan tak kunjung turun, dikhawatirkan kejadian krisis air bersih seperti tahun 2012 lalu akan terulang kembali,” ujar Haerudin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Jurnal Bogor, kekeringan juga melanda sejumlah kecamatan lainya, diantaranya Cariu, Jonggol, Babakan Madang dan Klapanunggal. Kekeringan di wilayah timur Kabupaten Bogor ini terjadi, selain musim kemarau juga disebabkan rusaknya kawasan-kawasan resapan air, yang berada di hulu Sungai Cipamingkis dan Cibeet, akibat pembalakan hutan dan alih fungsi lahan.
(jurnal bogor)