Telepon pintar (smartphone) selama ini banyak digunakan untuk membuka media sosial atau sekadar browsing dan email. Tidak sedikit yang melupakan ritual agamanya karena sibuk bersmartphone.
Melihat fakta itu, Ribut Agung Prastiyo, mahasiswa Teknik Informatika, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menciptakan aplikasi dzikir digital berbasis android.
Dengan aplikasi ini berdzikir bisa dilakukan di manapun. Tinggal mengklik aplikasinya akan langsung terlihat empat menu, yakni dzikir, riwayat hadist, tentang dan menu keluar.
Menu dzikir akan menampilkan bacaan-bacaan dzikir lengkap dengan terjemahannya. Jika speaker dinyalakan, akan langsung terdengar lafalz-lafal dzikir sehingga bisa ditirukan. Aplikasi yang sengaja dibuat satu layar penuh ini juga dilengkapi dengan doa setelah berdzikir.
Ribut juga melengkapinya dengan mode getar, redup, bunyi, serta suara. Mode getar berfunsi ketika perpindahan lafadz. Mode redup dibuat agar tidak mengganggu orang lain ketika aktivitas dzikir.
“Pemakainya masih bisa mendengarkan suara dzikir, tetapi lirih. Tetapi di layar akan terlihat bacaan dan terjemahnya sehingga pemakainya bisa melafalkan sendiri,” terang Ribut saat ditemui di ruang Humas Untag, Jumat (12/9/2014).
Jika ingin mengetahui bacaan yang benar, pengguna bisa mengaktifkan mode suara. Dari aplikasi ini, Ribut berharap seseorang yang setiap saat memegang smartphone untuk membuka aplikasi sosial media mengimbanginya dengan berdzikir.
“Jangan hanya buka facebook saja, tetapi juga berdzikir,” kata pria kelahiran 10 April 1992.
Lulusan SMAN 1 Babat Lamongan ini menyebut pentingnya dzikir bagi umat Islam, kendati dzikir sunnah (dikerjakan dapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa).
Dalam membuat aplikasi ini, dia membutuhkan waktu tiga bulan untuk bolak-balik ke kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lamongan.
Di sana dia mendapatkan bacaan dzikir yang benar. “Saya ditemui ketua PCNU Bi’im Abdul Salam, dan sekretaris PCNU Lamongan Imam Gazali. Mereka sangat membimbing saya,” kisahnya.
Dari data yang dikumpulkan, itu lalu diketik dan dibuat aplikasinya. Awalnya dia membuat aplikasi dengan huruf-huruf kecil. Hal itu sempat dikritik kalangan PCNU Lamongan. Akhirnya dia revisi kembali dengan huruf besar dan aplikasi satu layar penuh.
“Dengan huruf yang besar ini, orang yang sudah tua bisa juga menggunakan aplikasi ini,” katanya.
Ribut harus bersabar selama menyelesaikan tugas akhirnya ini karena aplikasi yang dibuatnya ini tergolong baru.
“Sebenarnya di play store android sudah ada aplikasi semacam ini. Tetapi sebatas takhmit, tasbih, dan takbir. Sementara untuk dzikir belum ada,” kata mahasiswa semester 8 yang sudah menuntaskan tugas akhirnya ini.
Ketika ujian skripsi, Ribut sempat dibuat khawatir karena salah satu dosen penguji, Gery Kusnanto cukup paham bacaan yang ada sehingga bisa mengevaluasi detail.
“Sempat deg-degan juga, Alhamdulillah selesai semua,” kata Ribut senang.
“Semoga dengan aplikasi ini semakin banyak orang berdzikir, tak hanya di masjid tetapi di manapun. Daripada diam mending berdzikir,” katanya.
Ribut tidak buru-buru memperbanyak aplikasinya. Dia sendiri berpikiran mematenkan inovasinya. “PCNU Lamongan sendiri menunggu aplikasi ini,” tandasnya.
(tribunnews)