Untuk mengembangkan sistem turret (meriam), PT Pindad menggandeng perusahaan asal Belgia, Cockerill Maintenance & Ingeniere SA Defense (CMI). Langkah kerja sama ini diimplementasikan melalui penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara kedua perusahaan di hanggar produksi panser Anoa milik Pindad di Kiaracondong, Bandung, Senin (15/9).
Direktur Utama PT Pindad, Sudirman Said menyatakan, kerja sama ini merupakan langkah awal untuk masuk dalam global supply chain industri pertahanan bersama CMI. Pihaknya akan mengembangkan sistem persenjataan berkaliber besar, yaitu 90 dan 105 milimeter. Sistem persenjataan ini bermanfaat untuk melengkapi senjata sejumlah tank produksi Pindad, seperti Anoa dan Komodo.
“Kedua belah pihak juga akan melakukan serangkaian proses pertukaran data, assessment, penjajakan teknologi, dan potensi pasar,” katanya.
Pindad dan CMI akan membentuk komite untuk menyusun proses alih teknologi dan pelatihan teknis yang mendukung tujuan produksi turret kaliber besar. “Pindad juga memperoleh kesempatan mengirimkan beberapa putra-putri terbaik untuk belajar sistem persenjataan di CMI,” kata Sudirman.
Executive Vice President CMI, James Caudle mengatakan, kerja sama ini terjalin karena PT Pindad merupakan industri dengan potensi besar. “Yang dapat mendukung terbangunnya ketahanan nasional yang tangguh,” katanya.
Melalui kerja sama ini, akan dilakukan pengembangan teknologi persenjataan. CMI juga berkeinginan untuk membangun medium tank bersama PT Pindad.
“Akan ada pengembangan dalam kerja sama ini. Tidak hanya dalam pengembangan sistem persenjataan, tapi juga pembuatan tank medium,” ungkapnya.
Propelan
Selain dengan CMI, PT Pindad pun melakukan penandatanganan kesepahaman kerja sama dengan PT Dahana (Persero). Langkah ini dilakukan PT Pindad untuk memperkaya muatan lokal dalam produk amunisi dan senapan. PT Pindad sepakat membeli propelan dari BUMN ini.
Propelan adalah bahan peledak yang digunakan sebagai pembentuk gas pendorong pada peluru dan roket. Pindad setidaknya memproduksi 150 juta butir amunisi kaliber kecil per tahun. Untuk memenuhi keutuhan propelan bagi ratusan juta butir amunisinya, Pindad masih harus mengimpor dari luar negeri. Kebutuhan propelan dalam satu tahun mencapai 200-250 ton.
“Awalnya, kita mengimpor dari Belgia, kemudian Korea Selatan dan Taiwan. Kebutuhan propelan ini akan terus bertambah dan melebihi angka tersebut,” tegasnya.
Direktur Utama PT Dahana, F. Harry Sampurno menyatakan, perjanjian ini merupakan langkah strategis bagi perkembangan usaha Dahana. Pihaknya tengah merampungkan pembangunan pabrik propelan di Jawa Barat.
Pindad menetapkan sejumlah persyaratan teknis yang harus dipenuhi propelan produksi PT Dahana. Jika ternyata ada ketentuan teknis yang belum terpenuhi, Pindad boleh mengimpor propelan untuk mencukupi kebutuhan produksinya.
(galamedia/gambar: pikiran rakyat)