Rencana Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, untuk mengurangi kemacetan dengan melarang kendaraan plat B masuk ke kota Bogor mendapatkan komentar pedas dari sejumlah warga Jakarta yang sering bertandang ke kota hujan itu.
Yanuar (24) mengatakan bahwa rencana tersebut seperti kebijakan yang prematur. Pasalnya, Bogor memiliki sejumlah tempat wisata yang menjadi tujuan utama berlibur bagi warga Jakarta.
“Nggak bisa gitu dong, kalau memang kendaraan plat B nggak boleh masuk, artinya dia (pemkot Bogor) membatasi potensi wisatanya sendiri, padahal banyak tempat wisata di Bogor yang jadi tujuan wisata,” kata pria yang bekerja di perusahaan swasta itu.
Lebih lanjut, warga Kuningan, Jakarta Selatan ini mengatakan bahwa kemacetan yang terjadi di Bogor tak hanya disebabkan oleh masuknya kendaraan plat B ke kota tersebut, tetapi juga karena banyaknya angkutan umum yang bertebaran di sana.
Ia mempertanyakan, benarkah setelah kota Bogor ‘dibersihkan’ dari kendaraan plat B, kota yang terkenal dengan wisata Kebun Raya Bogor itu akan bebas macet. Lebih lanjut, pria yang sering ke Bogor untuk bertemu dengan pacarnya ini mengatakan, “Baiknya sih angkot dikurangi karena melarang plat B masuk kota bukan jaminan Bogor bakal lengang, toh di Bogor juga banyak yang punya mobil, daerah di Kabupaten Bogor pun kayak Bojonggede dan Citayam juga platnya B, nggak adil kalau orang Bogor sendiri dilarang ke Bogor.”
Ia menambahkan, selain mengurangi jumlah angkutan umum yang sering ngetem menunggu penumpang di jalan-jalan protokol di Bogor, sebaiknya Pemkot juga memberlakukan adanya angkutan bagi tempat-tempat wisata di Bogor yang selama ini hanya bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi seperti wisata air The Jungle, Taman Safari, dan sebagainya.
“Pun kalau mau angkutannya juga yang 3/4 atau minibus, itu lebih muat banyak, bisa mengurangi kemacetan ketimbang melarang plat B masuk kota,” sarannya.
Sementara Robby (28), warga yang tinggal di Cilandak Jakarta Selatan mengeluhkan hal serupa. Tugasnya sebagai auditor di perusahaan media mengharuskannya untuk ke berkeliling berbagai kota dengan kendaraan dari kantor yang berplat B.
Seringkali, Robby juga harus menyambangi kota hujan itu untuk berdinas. “Lho sekarang kalau dari kantor dapat mobilnya plat B, kantor saya di Jakarta, otomatis plat B kan, sementara saya sering harus dinas sampai kota Bogor, gimana? Sayakan nggak mungkin minta mobil plat F ke kantor saya buat dinas ke Bogor, walikota ada-ada aja nih,” keluhnya.
Pria beranak satu yang sering ke Bogor untuk bertamasya bersama keluarganya itu juga merasa aneh dengan peraturan yang akan dijalankan Pemkot Bogor itu. Ia menganggap kebijakan tersebut tak ubahnya buah simalakama.
“Masalahnya, orang Bogor juga kan sering ke Jakarta, kalau gitu, kenapa Jakarta nggak sekalian aja melarang mobil F masuk Jakarta? Kan itu sama aja, tentu warga Bogor yang punya mobil plat F bakalan marah dan nggak terima juga,” katanya.
Terlebih, Robby hampir setiap minggu pergi ke Bogor untuk jalan-jalan dan mengunjungi sanak saudara di Bogor. Pria berbadan besar itu mengatakan dirinya tak mungkin menggunakan motor ke Bogor lantaran putrinya baru berusia beberapa bulan, oleh karenanya, mobil menjadi andalannya.
Ia berharap Pemkot menerapkan solusi mengatasi kemacetan yang lebih masuk akal. Misalnya, memperlebar jalan serta membangun fasilitas fly over untuk mengurai kemacetan. “Kota wisata seperti Bogor yang didatengin banyak orang dari luar Bogor harusnya punya fasilitas yang baik, kalau melarang warga Jakarta ke sana rasanya akan mematikan pajak daerahnya sendiri, memangnya mau seperti itu?” cercanya.
(tribunnews)