Sungguh memilukan kisah perjuangan Hamdan (30), warga Dusun Talango Tengah, Desa Brakas, Kecamatan Raas, Sumenep.
Setelah Perahu layar motor (PLM) Jabal Nur yang ditumpangi rombongan penganten tenggelam, Hamdan bersama 9 orang keluarganya berjuang melawan maut dengan berpegang pada sebuah papan kayu ukuran 4 m x 30 cm.
Berkat pecahan perahu itu, Hamdan orang terkhir yang mengabarkan perahunya akan tenggelam, selamat hingga ke daratan bersama 9 orang anggota keluarganya berkat pertolongan nelayan tradisional.
Meski tidak semua anggota keluarganya hidup karena meninggal di tengah laut. Namun keluarganya tetap terkumpul dalam satu papan termasuk yang meninggal sekalipun.
“Alhamdulillah kami tetap bersama hingga sampai ke daratan berkat pertolongan papan kayu dan nelayan, ini sebuah anugerah bagi kami,” kata Hamdan (30), korban selamat, Kamis (9/10/2014) sambil terisak.
Dikatakan, dalam perjalanan perjuangannya menantang maut bersama 9 orang keluarganya, Hamdan bersepakat tidak akan melepaskan satu orangpun anggota keluarganya.
Sehingga meski dalam perjalanannya selama tiga hari dua malam di tengah laut, 4 orang anggota keluarganya meninggal, namun mayatnya tetap dipegang hingga ada perahu yang menolong.
Satu persatu anggota keluarga Hamdan mulai berguguran, karena tidak tahan dengan cuaca laut yang sangat dingin pada malam hari, selain mereka kepayahan karena hanya berpegang pada papan kayu ukuran 4m x 30cm.
Gugurnya keluarga Hamdan dimulai dari Siyatun, yang meninggal pada Senin malam, Hj Asma meninggal pada Selasa pagi, Elok anak Hamdan meninggal pada Selasa malam, dan Asy’ari yang meninggal pada Rabu pukul 10.00 Wib, sedangkan 5 anggota keluarga lainnya termasuk dirinya selamat hingga sampai ke daratan.
Disinggung kronologis tenggelamnya PLM Jabal Nur, Hamdan kembali terisak, setelah ia menceritakan awal hingga tengelamnya kapal pengangkut penganten itu.
Menurutnya, saat perahu yang ditumpangi masuk perairan Bali, mesin PLM Jabal Nur mati dan baling-balingnya pecah. Sementara kondisi gelombang diperairan tersebut sangat besar dan anginya sangat kencang.
Karena terus-terus menerus perahunya dihantam ombak, akhirnya perahu tersebut bocor hingga banyak air yang masuk ke dalam kapal.
Sementara pompa air yang ada diperau tersebur tidak dinyalakan, sehingga penumpang bergotong-royong menguras air laut yang masuk ke dalam perahu.
Namun karena air yang masukn cukup banyak, penumpang tidak mampu menguras air dalam perahu, dan perahu tersebut semakin lama semakin ke bawah.
Selanjutnya Hamdan menghubungi temannya di Raas dan mengabarkan jika perahunya akan tenggelam.
Waktu kami kontak ke Raas posisi perahu kami sudah di perairan Banyuwangi, karena saking kencangnya angin waktu itu,” bebernya.
Setelah perahunya semakin lama semakin tenggelam, ia berusaha mencari anggota keluarganya, dan mengambil sebilah kayu papan dalam perahu untuk dijadikan pegangan.
“ Ya Alhamdulilla kami sekeluarga bisa sampai kedaratan, meski tidak semuanya hidup,” mengakhiri pembicaraannya.
Nama-nama anggota keluarga Hamdan yang berjuang melawan maut dengan sebilah papan adalah:
1- Lutfiyana
2- Hamdan
3- Raqil
4- H. Munif
5- Hosmaini
6- Siyatun (meninggal pada malam Selasa)
7- Hj. Asma (meninggal pada Selasa pagi)
8- Elok (meninggal pada malam Rabu)
9- Asy’ari (meninggal pada Rabu pukul 10.00 Wib)
(tribunnews)