Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, tengah menyusun Peraturan Walikota (Perwali) untuk merealisasikan Rebo Nyunda atau setiap hari Rabu mengenakan pakaian sunda dan berbahasa sunda.
Kepala Disbudpar Kota Bogor, Shahlan Rasyidi mengatakan, sebelum menuju ke arah penyusunan Perwali yang realisasinya dilaksanakan mulai tahun 2015 mendatang, Disbudpar akan mengusulkan surat kepada Walikota Bogor agar diterbitkan surat edaran melalui bagian organisasi Sekretariat Daerah Kota Bogor.
“Saat ini kami sedang mengumpulkan masukan dari para seniman dan budayawan serta pihak-pihak yang berkompeten dengan program Rebo Nyunda,” ujar Shahlan. Rencana pada Senin (13/10) mendatang akan ada pertemuan dengan para seniman dan budayawan Bogor guna meminta masukan tentang pakaian yang akan digunakan, apakah semuanya menggunakan baju kampret, celana pangsi dengan totopong, atau ada pakaian Sunda khusus seperti beskap bagi Walikota, Wakil Walikota dan pimpinan SKPD.
Sementara itu, salah seorang pemerhati budaya dan penggagas Rebo Nyunda, Dadang HP, mengaku gembira dengan kemajuan program Rebo Nyunda yang digagas berkenaan dengan Harkitnas di Lapangan Sempur beberapa waktu lalu.
“Ini langkah maju, apalagi ada rencana untuk dibuatkan Perwali. Setahu saya yang sudah Perwali adalah Kota Bandung, yang sudah Perda di Kabupaten Purwakarta. Bahkan beberapa waktu lalu program Nyunda inipun sudah diterapkan di Kabupaten Sukabumi namun setiap hari Jumat,”urai Dadang.
Mengenai pakaian yang digunakan, dia berharap semua menggunakan baju kampret, pangsi dan totopong saja. Hanya mungkin warnanya yang agak berbeda bagi Walikota dan Wakilnya serta eselon 2 warna bajunya putih dengan celana hitam. Sedang bagi eselon di bawahnya bisa bagian atas dan bawahnya hitam-hitam.
“Kalau pakai stelan beskap takutnya malah sulit bergerak dan terlihat kaku. Juga dari dahulu Kerajaan Pajajaran egaliter tidak terlalu menonjolkan perbedaan antara raja dengan rakyatnya,”pungkas Dadang.
(bogornews)