Target Indonesia untuk finis sepuluh besar di Asian Games 2014 memang sudah pasti meleset. Menilik klasemen medali sampai kemarin atau dengan Asian Games tersisa dua hari lagi, Indonesia kini menempati peringkat ke-17 dengan 3 emas, 5 perak, dan 9 perunggu. Target realistis kontingen Merah Putih praktis adalah mengamankan posisi 20 besar.
Dari konfigurasi klasemen medali itu, yang patut dicermati adalah bagaimana peringkat Indonesia yang kalah dengan tiga negara Asia Tenggara (ASEAN) lainnya. Yakni, Thailand di peringkat ketujuh, Singapura (peringkat ke-13) dan Malaysia (peringkat ke-15). Meski (kalau akhirnya resmi) ketambahan satu medali emas dari atlet wushu Malaysia yang tersandung kasus doping, Indonesia butuh keberuntungan untuk menggusur posisi Negeri Jiran.
Itu karena meski nantinya sama-sama mengoleksi empat emas, perak yang diperoleh kontingen Malaysia sangat banyak (14). Bandingkan dengan Indonesia dengan hanya memiliki 5 perak.
Dibandingkan dengan capaian dalam Asian Games Guangzhou 2010 dengan Indonesia masih finis ketiga di antara negara ASEAN, maka hasil di Incheon merupakan penurunan. Dalam lima edisi terakhir Asian Games, prestasi terbaik kontingen Merah Putih adalah pada 1998.
Jika dicermati lebih dalam lagi, emas-emas yang diraih tiga rival ASEAN itu adalah pada cabor yang sebenarnya juga diikuti Indonesia. Sebut saja dari boling dan balap sepeda BMX. Keduanya adalah cabor yang oleh Indonesia ditarget mempersembahkan sekeping medali emas, tapi belum terealisasi.
“Raihan emas dari Thailand, Singapura, atau Malaysia merata. Ada dari golf, sepak takraw, layar, sampai boling. Sedangkan Indonesia masih terlalu bulutangkis sentris,” kata Chef De Mission (CDM) Indonesia Ade Lukman.
Kecuali kejutan emas dari atlet lompat jauh Maria Natalia Londa, cabor non-bulu tangkis yang diikuti Indonesia memang masih seret emas. Seperti yang terjadi Rabu (1/10). Elga Kharisma Novanda yang diandalkan dari balap sepeda nomor BMX Putri, hanya finis keempat. Emas direbut atlet Thailand berdarah AS, Amanda Mildred Carr.
Sementara di sektor putra, Indonesia dengan wakilnya Toni Syarifudin hanya finis posisi ketujuh dari delapan kontestan. Emas pun diraih negara ASEAN meski bukan Thailand, Malaysia, Singapura, melainkan dari Filipina (Daniel Patrick Caluag). Seperti Amanda, Caluaq juga naturalisasi dari AS.
“Kami tidak mempermasalahkan Amanda atau Caluaq sebagai atlet naturaliasi. Yang menjadi perhatian kami persiapan. Lihat saja bagaimana pesaing Elga dan Toni bisa mengikuti kejuaraan internasional enam sampai delapan kali setahun. Kalau Elga dan Toni kan cuma sekali selama persiapan Asian Games,” kata pelatih balap sepada Indonesia Dadang Haries Purnomo.
Di sisi lain, kegagalan juga dialami cabor atletik kemarin. Kejutan Londa di nomor lompat jauh tak terulang saat turun di nomor lompat jangkit. Maria yang finis kesepuluh mengalami cedera setelah tiga lompatan sehingga tidak menyelesaikan tiga lompatan berikutnya.
Lalu, Dedeh Erawati yang turun dalam nomor lari halang rintang 100 meter putri terkena diskualifikasi. Itu karena Dedeh yang berada di lane kedua melakukan kesalahan berlomba. Yakni, menghantam gawang kesembilan saat kehilangan keseimbangan dan di gawang terakhir atau kesepuluh, dia melewatinya dengan lari keluar dari jalur tanpa melompati gawang.
(jpnn)