Dede Hermanto (44) terhenyak ketika sejumlah anggota polisi dan TNI mendatangi rumahnya, Selasa (30/9) malam. Anggota polisi dan tentara itu menanyakan soal adiknya, Agus Priyanto (40).
“Saat itu saya berpikir kalau adiknya pasti punya masalah besar,” kata warga Citeureup, Desa Cigintung, Kecamatan Cisitu saat ditemui di rumah orang tuanya di Babakan Bandung, Desa Ranjeng, Kecamatan Cisitu, Rabu (1/10).
Menurut Dede, kalau adiknya punya masalah kriminal pasti yang datang hanya polisi. “Tapi yang menelisik adik saya juga datang dari TNI dan saat itu saya berpikiran ada masalah yang urusannya dengan negara,” katanya lagi.
Dari polisi dan TNI itu, Dede mengetahui kalau adiknya diduga menjadi anggota jaringan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) yang sekarang berubah menjadi Negara Islam dan tertangkap di Turki.
“Kami dari keluarganya kehilangan kontak dengan Agus sejak Juni lalu. Nomor telepon miliknya tak bisa dihubungi, bahkan ketika dapat kabar dari polisi dan tentara, kami menghubunginya tapi teleponnya tidak aktif,” kata Dede.
Hal yang sama juga ditegaskan Wahmat Supriatna (65), bapak Agus. “Sebetulnya ada apa dengan anak saya, Agus?” kata Wahmat saat ditemui di rumahnya dan setelah itu berdatangan anggota TNI.
Wahmat mengaku terakhir bertemu anaknya pada bulan April 2014 ketika melangsungkan pernikahan adik Agus. “Dia menginap sehari dan setelah itu pergi lagi. Tak banyak komunikasi setelah itu saya kehilangan kontak,” katanya.
Wahmat mendengar penjelasan dari aparat negara ini kemudian mencoba menghubungi nomor telepon Agus. Namun tak bisa tersambung.
Bapak empat anak ini kemudian meminta bantuan saudaranya untuk menghubungi anaknya. Namun usahanya sia-sia karena tak berhasil.
“Jika benar anak saya terlibat ISIS dan tertangkap di Turki itu menjadi tanggungjawabnya sendiri. Ia sudah memilih jalan hidupnya. Saya sudah mendidik anak saya dan meminta jangan merugikan orang lain,” katanya.
Dede mengungkapkan, selepas SMA, adiknya itu pergi ke Karawang dan bekerja di sebuah pabrik, lalu menikah di Bekasi. Agus, kata Dede, dikaranuia dua anak dan saat ini tinggal di Teluk Jambe, Karawang.
“Namun dari perusahaannya, dia di-PHK dan menjadi penjual buku,” katanya sambil menyebutkan setelah berjualan buku itu sikap Dede berubah.
Kedua anak Agus masuk pesantren di Bandung dan rumahnya di Karawang dikontrakkan. “Adik saya mengalami perubahan terutama dalam berpakaian, istrinya juga sekarang memakai cadar,” kata Dede.
Ia mengaku saat adiknya pulang ke Sumedang bersama istrinya, perubahan sikap terlihat terutama saat menjalankan ibadah.
“Sebagai kakaknya saya kaget karena ketika pulang dan sudah waktunya salat, adik saya langsung meminta saya untuk mengerjalan salat tepat waktu. Biasanya tidak pernah,” katanya lagi.
Agus dikabarkan saat berjualan buku-buku tentang Islam itu masuk menjadi anggota jemaah Al Qurobi setelah berkenalan dengan Rudi. Agus kemudian pergi ke Malaysia 6 Januari 2014 sampai akhirnya tertangkap di Turki pada 25 September lalu.
(tribunnews)