Kota Depok tak memiliki identitas jati diri sebagai sebuah kota. Tidak seperti Yogyakarta yang lekat dengan sebutan kota pelajar, Depok gagal menyematkan gelar serupa.
Demikian dikatakan Sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal. Padahal, lanjut Rizal, ada UI di Kota Depok. Menurut dia, UI tidak pernah dilibatkan dalam pembangunan Depok.
“Padahal ada beragam cabang ilmu di UI yang bisa dieksplorasi untuk membangun Depok. Tapi selama ini ada miss antara Pemkot Depok dengan UI,” kata Rizal dalam diskusi “Pembangunan Kota Depok ke Depan” di Kafe Apartemen Taman Melati di Jalan Margonda Raya, Depok, Kamis, 27 November 2014.
Lebih lanjut menurut pria yang mendirikan Komunitas Bambu ini, Depok harusnya bisa jadi Knowledge City. Namun saat ini, kata Rizal, Depok hanya menjadi kota semrawut.
“Depok ini sudah salah urus. Adanya UI tak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin,” imbuhnya.
Sementara itu, Konsultan City Branding M Rahmat Yananda mengatakan, pentingnya sebuah kota memiliki branding yang dapat menjadi jati diri kota tersebut. “City branding harus kolaboratif. Branding sebuah kota harus melalui sebuah perencanaan yang matang,” ujar Rahmat.
Menurutnya, keadaan Depok saat ini identik dengan kemacetan dan Depok tak dapat melepaskan ketergantungannya dari Jakarta. Diungkap dia, alasan mengapa Jalan Margonda Raya selalu ramai dan padat adalah karena jalan tersebut menghubungkan Depok dengan Jakarta.
(depoklik.com)