KABUT putih menyelimuti pepohonan hijau terlihat di kanan kiri bukit ketika kita menginjakkan kaki di kawasan Desa Citengah yang masuk ke wilayah Kecamatan Sumedang Selatan. Menempuh perjalanan sekitar 15 menit dari alun-alun Sumedang ke arah Timur melalui jembatan Cipameungpeuk, merupakan pintu menuju desa wisata ini. Hampir lima belas tahun terakhir, kondisi alamnya masih terawat dengan baik.
Hamparan sawah di kanan kiri jalan dengan liukan sungai yang di bagian tengahnya, merupakan pemandangan menyejukan dan memanjakan mata kita. Desa yang berujung di perkebunan teh Margawindu peninggalan Belanda ini memang selalu menarik untuk dikunjungi. Kini Citengah kembali bersolek. Menawarkan wisata agro dan wisata curug. Warga dan pemerintah setempat berbenah untuk lebih mengenalkan Citengah kepada masyarakat luas.
Beberapa peninggalan Belanda yang masih ada dan menarik untuk menjadi objek foto adalah rumah-rumah nyonya dan tuan Meneer Belanda di area perkebunan. Fondasi rumah, tegel, dan bata masih terawat kuat. Kepala Desa Citengah, Ludi Zaenal, mengatakan bahwa sensai minum teh di tengah perkebunan, merupakan daya tawar baru warga Citengah kepada masyarakat luas.
“Merasakan udara dingin, sambil melihat area perkebunan dan wisata curug, merupakan daya tarik yang coba kami tawarkan kepada para travelers,” katanya.
Ia mengatakan bahwa kawasan tersebut masih terawat dengan baik. Bisa dilihat dari indikasi masih banyaknya binatang seperti monyet dan babi hutan yang masih banyak ditemui di sekitar bukit. Jika cuaca sedang baik, monyet-monyet tersebut akan turun dari bukit mendekat.
Ludi mengatakan bahwa air terjun empat tingkat Cigorobog yang mirip Niagara, tak kalah asyiknya untuk dinikmati pada travelers. Tentu hal ini menjadi satu objek foto penting untuk berselfie ria bersama teman atau keluarga.
Ludi mengatakan sebenarnya ada 17 air terjun lain di dalam hutan sekitar Citengah, belasan air terjun tersebut di antaranya air terjun Kancana, air terjun Ciparahu, air terjun Cisoka, dan air terjun Cimecek.
Air terjun Cimecek memiliki ketinggian 25-30 meter, sedangkan air terjun Ciparahu berbentuk huruf U. Butuh keberanian untuk bisa melihat air terjun lainnya tersebut. Sebab, air terjun itu berada di tengah hutan liar yang masih rimbun dengan pepohonan.
Tak lengkap jika mengunjungi tempat wisata tanpa makan. Citengah menawarkan sajian khas ikan bakar atau ikan goreng. Jika dulu tempat ini terkenal dengan ikan kolam air deras, kini ada dua tempat yang menyajikan kuliner. Tirta Sandi dan Cibingbin. Makan di pinggir sungai dan sawah ditemani ikan mas yang besar-besar tentu menambah selera nafsu makan kita. Ditambah dengan udara pegunungan yang sejuk, membuat perut kita selalu nagih untuk diisi.
Dua tempat makan ini juga dilengkapi dengan sarana bermain dan berenang untuk dewasa dan anak-anak.
Ikan bakar di sini sangat segar, karena selain bisa memilih sendiri ikan yang akan dibakar, ikan di sini juga dipercaya kelezatannya karena dipelihara di dalam air yang deras dari sungai.
Selain ikan bakar, satu kuliner lezat yang bisa dipesan di sini adalah pempek palembang. Bagi penggemar sajian pedas menu ini sangat cocok untuk menghangatkan tubuh di area pegunungan ini. Sambal ikan bakar dan goreng sedikit berbeda dengan tempat yang lain. Herman, pengelola Tirta Sandi mengatakan bahwa tak ada yang berubah dari sajian ikan bakar yang ia sajikan. Hanya saja suasana pegunungan dan makan di pinggir sungai, merupakan daya tarik berbeda yang tidak dimiliki tempat lain.(jabar.tribunnews.com)