Masih segar dalam ingatan, polisi masuk ke Kampus Unas, Pasar Minggu, Jaksel. Pihak kampus ingin ada pembersihan di kampus itu. Mereka yang diduga terkait narkoba pun diciduk. Beberapa kali razia yang dilakukan polisi mendapatkan barang bukti narkoba.
Lalu baru kemarin, Kamis (18/12) sore BNN masuk ke Kampus UKI, Cawang. BNN mendapatkan bukti sabu dan ganja. Senjata tajam juga ikut disita.
Tentu amat miris melihat kampus yang menjadi kawah candradimuka menggodok calon pemimpin bangsa malah ditemukan narkoba. Untungnya pihak kampus membuka diri dan bekerjasama menumpas narkoba di lingkungan mereka.
Soal narkoba ini memang tak main-main. Narkoba merupakan musuh dan telah merusak jutaan manusia Indonesia. Tak heran kalau Presiden Jokowi menyebut Indonesia Darurat narkoba. Jokowi juga tak memberi ampun bagi bandar narkoba yang meminta grasi dari hukuman mati.
Setelah Unas dan UKI, semoga saja kampus lain membuka diri bila ditemukan adanya peredaran narkoba di lingkungan mereka. Menutup diri malah akan menjadikan kampus semakin terjerumus ke titik terendah.
Menengok yang disampaikan Menristek Dikti Muhammad Nasir razia narkoba di kampus jangan mematikan kampus. Tetapi menghukum pelaku yang menggunakan dan mengedarkan narkoba itu.
“Kalau saya perhatikan, itu terlalu longgar kampus melakukan pembinaan. Harus berani intervensi ke kegiatan mahasiswa dong,” jelas Nasir.
Lalu setelah Unas dan UKI, kampus manalagi?
(detik.com)