DINAMAKAN “terminal bis” karena tempat itu merupakan pusat penumpang mencari bis jurusan mana saja dengan mudah. Tapi di Bandung, jangan harap! Bis dari Jawa Tengah-Jatim, hanya boleh masuk Terminal Bis Cicaheum. Penumpang yang melanjutkan perjalanan ke Jakarta, harus cari bis ke Jakarta yang adanya di terminal Leuwi Panjang yang jaraknya panjaaaang sekali. Agaknya, inilah cara mudah Pemda Bandung mempersulit penumpang!
Ada “motto” memuakkan di kalangan birokrat: jika urusan masih bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah? Tapi biasanya, politik birokrat model beginian ini ujung-ujungnya uang. Maksudnya, bila urusan ingin menjadi mudah harus tambah biaya. Maklumlah, Kantor Pos saja, tarif pos kilat memang lebih mahal dari yang tarif biasa.
Tapi khusus Pemda Bandung, entahlah apa motifnya. Sudah lama terminal bis di Bandung dibagi dua. Terminal Bis Leuwi Panjang melayani bis-bis jurusan Jabodetabek, Merak, Serang, Indramayu, Sukabumi, dan Cianjur. Sedangkan Terminal Bis Cicaheum khusus melayani bis jurusan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karenanya, penumpang bis dari Jakarta yang mau transit menuju Jogya misalnya, harus naik angkutan kecil atau ojek ke Cicaheum. Sebaliknya, penumpang bis dadi Jateng yang mau ke Jakarta, setibanya di Cicaheum juga harus cari angkot yang sama untuk melanjutkan perjalanan lewat Leuwi Panjang.
Jelas ini bikin susah penumpang, khususnya yang malam hari. Tapi ini agaknya memang gaya Pemda Bandung untuk bikin susah penumpang, tapi rejeki tambahan buat taksi yang anti tarif meteran, tukang ojek. Angkot Cicaheum – Leuwi Panjang atau sebaliknya memang ada, tapi kalau belum penuh mana mau jalan dia.
Di terminal bis kota manapun, jurusan ke mana saja selalu terintregrasi di terminal tersebut. Penumpang dimudahkan. Tapi di Bandung terminalnya justru dipecah dua sehingga bikin repot penumpang. Walikota sekarang, Ridwan Kamil, yang dikenal sebagai “Jokowi”-nya Bandung, tentu mau mendengar keluhan penumpang dalam rangka melayani rakyat.
(poskota)