Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) kini mulai mengintai warga Kabupaten Bogor. DPRD Kabupaten Bogor mencatat sebulan terakhir 27 warga terkapar diserang nyamuk aedes aegypt. Tapi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mengklaim hanya delapan yang terduga DBD.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, Irawan, mengungkapkan pihaknya mendapat laporan dari banyak pasien yang masuk ke RSUD Cibinong, Ciawi, Cileungsi dan RSUD Leuwiliang lantaran serangan DBD. “Selama 2015 ini sedikitnya 27 pasien DBD,” katanya, Selasa.
Dia mengaku sudah mengontak pejabat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor via telelpon, namun selalu gagal. “Kami minta Dinkes segera tanggap, mengingat 10 kecamatan di Kabupaten Bogor masih dinyatakan endemis DBD,” katanya.
Kepala Dinkes Kabupaten Camelia Sumayana mengakui DBD sedang melanda Kabupaten Bogor mengingat saat ini memasuki musim hujan, tapi pihaknya bukan tidak tanggap dengan peristiwa tersebut.
Dia mengklaim selama 2015 ini pihaknya mendapatkan laporan delapan orang diduga DBD. “Tapi setelah diperiksa di laboratorium, hanya dua orang positif BDB,” katanya. Meski demikian, pihaknya lebih serius terhadap wabah DBD mengingat data 2014 lalu menyebutkan terdapat 1.834 kasus DBD, 29 orang di antaranya meninggal dunia.
“Pasien meninggal bisa disebabkan keterlambatan penanganan. Sebab itu jika tubuh terasa panas jangan ditunggu, langsung segera berobat paling dekat ke Puskesmas,” pintanya. Dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor, 10 kecamatan di antaranya daerah endemis DBD, yakni Citeureup, Bojong Gede, Cileungsi, Cibinong, Gunung Putri, Ciampea, Ciomas, Kemang, Leuwiliang dan Sukaraja.
Di daerah endemis ini rutin dilakukan pengasapan. Tapi, pengasapan tidak membunuh larva (jentik-jentik), sebab untuk membunuh jentik harus diberikan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air. “Kami berharap masyarakat, jangan bergantung pada pengasapan, tapi mulailah dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan menghilangkan sumber-sumber jentik yakni dimana ada air tergenang seperti tempat minum burung, kaleng-kaleng atau ban mobil bekas,” imbaunya.
(Poskota)