Sebanyak 800 beton pemecah arus bendung Katulampa terus bergeser, akibat terjangan arus air Ciliwung yang kuat terlebih pada musim hujan yang menyebabkan derasnya arus air. Petugas Bendung Katulampa Andi Sudirman menuturkan, bila air di Titik Mati Atas (TMA) normal itu tidak menimbulkan masalah. Namun, di saat air di atas normal siaga 3 dan 4 ada pergeseran pada beton pemecah arus tersebut. “Bayangkan 400-600 ribu liter per detik air yang mengalir mengarah ke Bendung Katulampa menggeser pemasangan betonisasi yang sudah kita pasang. Meski sudah ditata rapi akan bergeser karena derasnya air,” ujar Andi kepada heibogor.com, Senin (16/3/15). Saat ini, sambung Andi. Pihaknya tengah mengupayakan kepada dinas terkait agar beton pemecah arus ditata kembali untuk mengamankan dasar atau pondasi bendung Katulampa. Beton pemecah arus di bendung Katulampa pertama kali dibangun awal tahun 2013, sedangkan mulai mengalami pergeseran pada tahun 2014. Sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane, melalui tim koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai (TKPSDA WS) Ciliwung-Cisadane, telah mengkaji beberapa beton pemecah arus di Bendung Katulampa Ciliwung memang bergeser dan akan ditata kembali guna menyelamatkan Bendung Katulampa. “Semakin beton ini bergeser, beton akan semakin mengarah ke dasar sungai. Itu yang kita khawatirkan. Makanya kita tindak lanjut dengan melaporkan adanya pergeseran ini. Dan sudah dikaji oleh para ahli dari balai besar Ciliwung-Cisadane Jakarta, apakah ke depannya perlu dibangun cek dam seperti yang kita usulkan karena sesuai dengan kebutuhan di lapangan,” paparnya.
(Heibogor)