Pengembangan jet tempur secara secara mandiri ini dinilai memiliki banyak manfaat meskipun anggaran pengembangannya tidak sedikit. Paling tidak manfaatnya ialah Indonesia bisa lolos atau terbebas dari teror embargo senjata karena peralatan tempur dipasok dan dibuat secara mandiri oleh putra-putri Indonesia.
“Kedaulatan bisa terjaga dengan baik, tentu nggak mudah diembargo kalau komponen ada yang rusak. Kayak kita punya F16, ada ganjalan. Dia bisa diembargo sehingga nggak ada komponen. Isu ini sangat peka,” papar Peneliti Utama LAPAN Sulistyo Atmadi kepada detikFinance, Jumat (20/3/2015).
Saat era Presiden Soekarno, Indonesia bisa bebas embargo karena bisa bermain di blok sekutu dan Soviet. Kedua negara mendukung dan menyediakan sistem persenjataan Indonesia. Kini, Indonesia sangat tergantung pada salah satu pihak.
“Kalau Rusia sekarang nggak sekaya dulu,” ujarnya.
Pengembangan jet tempur sangat bergantung kepada pemerintah karena sarat dengan kepentingan nasional dan keamanan serta membutuhkan dana sangat besar. Jika komitmen pemerintah kendur, maka nasib program jet tempur bisa ikut melorot.
“Sebetulnya mampu, asal pemerintah memiliki kemampuan dan dana. Cuma pesawat tempur nggak semudah itu, karena engine nggak mungkin bikin. Dia harus beli. Sistem navigasi juga demikian,” jelas Sulistyo.
(detik.com)