Sapa ramah anak-anak menyapa ketika wisatawan sampai di Dermaga Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Panas matahari yang menyengat tidak memengaruhi pengunjung untuk bersantai ria di pulau ini. Pulau yang bisa dijangkau dari Kalianda, Lampung, ini merupakan pulau terdekat dengan Gunung Anak Krakatau. Pulau Sebesi adalah satu-satunya pulau berpenghuni yang ada di gugusan Kepulauan Krakatau.
Pulau Sebesi menjadi persinggahan pertama wisatawan yang datang ke Kepulauan Krakatau. Di pulau dengan luas sekitar 2620 hektar ini, sangat memungkinkan wisatawan untuk menginap. Terdapat fasilitas penginapan yang dikelola masyarakat Pulau Sebesi dengan harga bervariasi. Wisatawan juga bisa home stay di beberapa rumah warga yang bersedia digunakan untuk bermalam. Ingin suasana lain? Pengunjung bisa membawa tenda sendiri dari rumah dan bermalam dengan suasana outdoor.
Dari Pulau Sebesi, wisatawan bisa melihat jelas Gunung Anak Krakatau. Kepulan asap dari puncak Gunung Anak Krakatau terlihat jelas dengan mata telanjang. Tempat favorit wisatawan untuk melihat Gunung Anak Krakatau adalah Pantai Nyarong di Dusun Gubuk Seng, Pulau Sebesi. Pantai Nyarong dipenuhi oleh bebatuan dan karang yang berasal dari letusan kecil Gunung Anak Krakatau.
Ingin melihat Gunung Anak Krakatau lebih jelas? Masyarakat Pulau Sebesi memanfaatkan perahu bermotor sebagai alat transportasi keluar masuk pulau. Biasanya ada beberapa masyarakat yang menyewakan perahu motornya untuk wisatawan. Dengan satu buah perahu, 20 orang wisatawan bisa melihat gunung yang pernah meletus hebat pada 1883 dari dekat. Selama perjalanan menuju Anak Krakatau, wisatawan disuguhi dengan pemandangan indah gugusan Kepulauan Krakatau.
Galapagos Indonesia
Gunung Anak Krakatau muncul pada 1927, setelah Krakatau Purba meletus pada 1883. Kemunculan Anak Krakatau membuat peneliti dari dalam maupun luar negeri berdatangan. Krakatau dianggap salah satu laboratorium alam hasil dari suksesi alam seperti Pulau Galapagos di Amerika Selatan. Salah satu penjaga di Pulau Krakatau, Ilyas kerap ditemui peneliti yang ingin meneliti keadaan alam di Anak Krakatau.
“Peneliti yang datang bukan hanya dari Indonesia, pernah ada peneliti dari Perancis, Belanda, dan Jepang,” kata Ilyas.
Kemunculan tumbuhan dan hewan darat menjadi parameter suksesi alam di Anak Krakatau. Tak sedikit peneliti yang mencari asal usul kedatangan hewan dan tumbuhan darat tersebut. Di Anak Krakatau bisa dijumpai banyak tumbuhan seperti rumput, semak, hingga pohon-pohon besar. Sedangkan untuk satwa, mudah ditemui berbagai jenis burung, laba-laba, tikus, dan biawak.
Gunung Anak Krakatau merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Krakatau. Taman nasional ini dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Lampung. Karena masuk dalam kategori taman nasional, tidak sembarang orang bisa menapaki kaki di Anak Krakatau. Wisatawan perlu mengurus Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Semaksi) di BBKSDA Lampung, agar bisa memasuki wilayah tersebut.
Pembuatan Perahu Tradisional
Pengrajin perahu tradisional Indonesia yang terbuat dari kayu masih bisa dijumpai di Pulau Sebesi. Menurut seorang nahkoda perahu di Pulau Sebesi, Jika Anda beruntung, Anda bisa menemui pengrajin perahu ini di bibir pantai dekat Dermaga Sebesi. Pengrajin perahu di Pulau Sebesi akan mulai bekerja ketika ada pesanan perahu yang datangnya tidak menentu. Nahkoda kapal di Pulau Sebesi, Chandra Wiguna mengatakan pengrajin perahu di Pulau Sebesi sudah ada sekitar 36 tahun yang lalu.
“Orang yang membuat perahu di Sebesi pertama berasal dari Cirebon dan Indramayu yang menetap dan berkeluarga di Pulau Sebesi,” ucap Chandra.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan perahu adalah Kayu Langit, kayu ini diambil dari luar Pulau Sebesi tepatnya di daerah Teluk, Lampung Selatan. Dalam pengerjaannya, satu perahu dengan panjang delapan meter bisa dikerjakan dalam waktu sekitar empat bulan dan dikerjakan oleh dua hingga tiga orang pekerja. Pembuatan perahu dari Sebesi ini memakan biaya yang tidak murah. Menurut seorang pengrajin perahu di Pulau Sebesi, Alif, untuk upah pekerja saja dalam pembuatan satu perahu mencapai harga Rp55.000.000,- ditambah lagi dengan biaya pembelian material dengan harga minimal Rp75.000.000,-.
“Itu belum termasuk harga pembelian mesin perahu dan asesoris perahu, jika dihitung keseluruhan kisaran biaya pembuatan perahu itu sekitar Rp150.000.000,- hingga Rp300.000.000,- tergantung permintaan pemesan perahu,” ujar Alif.
Alif menambahkan mahalnya biaya pembuatan perahu disebabkan karena mahalnya material perahu dari luar Pulau Sebesi dan tidak ada generasi penerus sebagai pembuat perahu, sehingga profesi pembuat perahu di Pulau Sebesi sangat istimewa karena membutuhkan keahlian khusus. Perahu dari Pulau Sebesi sudah menggunakan mesin sebagai sumber tenaga penggerak perahu ketika di laut. Mesin yang digunakan bukan mesin perahu pada umumnya, mesin yang dipakai adalah mesin mobil disel dengan bahan bakar solar.
Menurut Alif, bila menggunakan mesin perahu asli harganya bisa bertambah mahal karena satu mesin perahu asli bisa dibeli dengan harga Rp250.000.000,-. Pembuat perahu membubuhi mesin mobil dalam perahu karena harganya yang jauh lebih murah dan perawatannya yang mudah, mesin mobil juga mudah didapat di daerah Teluk, Lampung Selatan.
Akses Menuju Pulau Sebesi
Tertarik untuk berlibur di Pulau Sebesi? Anda bisa datang langsung ke Dermaga Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Dermaga Canti bisa ditempuh dengan waktu sekitar satu jam dari Pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Bagi wisatawan yang membawa kendaraan pribadi bisa menitipkan kendaraannya di Dermaga Canti. Wisatawan akan dibawa menyeberang menggunakan perahu yang biasa digunakan masyarakat setempat, untuk sampai di Pulau Sebesi.
Sedangkan transportasi di Pulau Sebesi bisa menyewa sepeda motor milik masyarakat Pulau Sebesi, bahkan ada masyarakat yang dengan sukarela meminjamkan sepeda motornya untuk wisatawan. Dengan sepeda motor, wisatawan bisa berkeliling menikmati indahnya Pulau Sebesi dengan keramahtamahan masyarakatnya. Selama ada di Pulau Sebesi mata Anda akan selalu dimanjakan dengan pemandangan indah hamparan pantai dan pepohonan.
(Tribun jabar)