Sekitar 300 pelajar dan staf Kedutaan Besar Republik Indonesia telah dievakuasi dari ibukota Yaman, Sanaa ke perbatasan Arab Saudi.
Pemerintah Indonesia mengimbau agar warga negara Indonesia di Yaman untuk pulang di tengah serangan udara yang dipimpin Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi.
Dalam serangan terakhir, paling tidak 35 buruh tewas dalam ledakan di pabrik di Yaman barat Rabu (01/04), kata para petugas medis.
Lebih dari 300 WNI dari ibu kota Sanaa dan sekitarnya diberangkatkan ke pelabuhan Laut Merah, Hudaydah, hari Senin dan Rabu (01/04) ini telah tiba di perbatasan Jizan, perbatasan Saudi, kata Muhammad Wazier Hidayat, mahasiswa Indonesia yang bekerja di KBRI.
“Ngumpul di Hudaidah (setelah diberangkatkan dari Sanaa) dan setelah itu melanjutkan perjalanan dari Hudaidah ke Jizan siang tadi dengan menggunakan enam bus,” kata Hidayat kepada BBC Indonesia.
Hidayat dan empat mahasiswa Indonesia lain masih berada di KBRI Sanaa namun menyatakan siap untuk angkat kaki begitu kondisi memburuk.
Serangan dekat KBRI
“Sanaa bisa dikatakan aman dan tidak aman… Serangan udara kemarin malam sempat mengenai gudang senjata yang terletak dua kilometer dari KBRI,” kata Hidayat.
“Namun kami siap untuk pergi bila kondisi memburuk,” tambahnya.
Serangan udara dilancarkan ke posisi-posisi Houthi di sembilan dari 12 provinsi di Yaman, antara lain untuk mencegah kelompok tersebut menguasai Aden, yang menjadi ibu kota sementara pemerintahan setelah Houthi berhasil merebut ibukota Sanaa.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat lebih dari 4.100 WNI di Yaman dan tetap membuka pendaftaran untuk proses evakuasi.
Namun sejumlah WNI di Yaman termasuk di Hadramaut menolak untuk dievakuasi karena kondisi di wilayah itu “masih aman.”
Rofik Anwari, ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di provinsi Hadramaut, di antaranya yang mengatakan tidak bersedia untuk dievakuasi.
“Kawasan ini aman, dan kami masih dapat belajar di sini,” kata Rofik.
(Kompas)