Ini dia informasi baru tentang pemandangan indah di Kota Bandung. Lokasinya pas banget buat selfie, tapi jangan sekali-kali bertingkah tanpa memperhatikan keamanan dan keselamatan diri.
Lokasi yang memiliki pemandangan indah itu bernama Tebing Keraton. Kawasan ini sekarang menjadi salah satu lokasi yang sedang digemari kaum muda khususnya untuk ber selfie ria.
Tebing ini mulai dikenal melalui media sosial. Kini hampir setiap akhir pekan, terutama pagi dan sore hari, Tebing Keraton selalu penuh dengan pengunjung yang ingin menikmati pemandangan alam serta melihat kota Bandung dari ketinggian.
Nama Keraton yang tenar di media sosial ini tidak ada kaitannya dengan kerajaan. Tidak jelas siapa yang pertama kali menamakan tebing dengan ketinggian sekitar 1200 hingga 1300 diatas permukaan laut (dpl) tersebut.
Namun dari penuturan warga, Keraton berarti kemegahan alam dalam bahasa Sunda.
“Saya juga nggak tahu persis siapa yang kasih nama Keraton, da warga sini mah tahunya Cadas Jontor, cuma memang ada sesepuh yang kasih nama Keraton, ” kata Tatang (45), warga sekitar lokasi.
Meskipun warga maupun pedagang yang ada di sekitar lokasi sudah memberitahukan bahwa nama tebing tersebu adalah Cadas Jontor, tetap saja orang lebih mengenalnya dengan nama Tebing Keraton.
Padahal nama Jontor dipertegas dengan adanya batu besar atau batu cadas yang berada di bagian puncak yang posisinya sangat menjorok ke depan. Istilah menjorok atau maju ke depan inilah yang dianggap cocok dengan kata “jontor”.
Terlepas dari nama, tebing vertikal yang terletak di Desa Ciburial, Kampung Ciharegem ini memang wajib dikunjungi oleh penikmat wisata alam.
Hanya mengeluarkan Rp 11.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 76.000 untuk wisatawan asing, bis melihat keindangan alam dari puncak tebing. Pengunjung bisa melihat hijaunya pepohonan dan kawasan taman hutan raya (Tahura) Bandung. Selain itu, bisa terlihat juga keindahan Gunung Tangkuban Perahu.
Untuk mengabadikan keindahan alam ini, tebing Jontor menjadi lokasi favorit untuk mengambil gambar.
Perlengkapan yang Perlu Disiapkan untuk ke Tebing Keraton
Jika Anda akan berkunjung ke Tebing Keraton jangan lupa untuk mempersiapkan sejumlah keperluan seperti jaket. Udara di atas tebing masih sangat dingin.
Terlebih bila ingin menikmati sunrise atau matahari terbit. Kabut cukuo tebal masih akan terlihat di pagi hari. So, jaket tebal, syal dan topi “kupluk” jadi perangkat yang jangan lupa untuk dibawa.
Meski di dekat lokasi ada penjual bandrek, yakni minuman khas Sunda yang rasanya manis dan menghangatkan, tidak ada salahnya membawa air mineral atau air putih.
Apalagi bila traveller memutuskan berjalan kaki dari Taman Hutan Rakyat atau Tahura untuk menuju lokasi. Jalan menanjak dan kontur tanah yang tidak rata akan menguras tenaga terutama bagi mereka yang jarang pergi ke daerah perbukitan. Air minum menjadi pelangkap karen saat haus menyerang sudah tersedia.
Selain itu siapkan uang pecahan kecil seperti Rp 2.000 atau Rp 5.000. Uang pecahan ini untuk membayar parkir yang dikelola oleh warga setempat.
Sekali parkir ada yang meminta antara Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Tapi saat ini mereka menetapkan tarif Rp 5.000 seiring makin banyaknya pengunjung.
Namun yang pasti uang pecahan akan memudahkan traveller apalagi bila ingin mencicipi bandrek, ubi rebus dan camilan lain yang ada di warunf bandrek.
Banyaknya pengunjung terkadanf pedagang kerap kehabisan uang receh untuk kembalian. Daripada menunggu pedagang menukar uang untuk kembalian, bila kita sudah siap dengab uang pecahan kecil akan lebih mudah.
Dari Pusat Kota Bandung Hanya Sekitar 10 Kilometer
UNTUK bisa sampai ke lokasi ini, traveller dari luar kota Bandung bisa langsung menuju tempat wisata Taman Hutan Rakyat yang terletak di Dago Pakar Jalan Ir H Juanda. Dari Tahura akan ada petugas di pintu masuk yang akan memberi informasi untuk menuju Tebing Keraton.
Dari Tahura, traveller akan melintasi perkampungan dengan jarak sekitar 3 kilo meter, atau 10 kilo meter dari pusat Kota Bandung. Meski tidak terlalu jauh, namun traveller harus tetap konsentrasi. Jalan menanjak dan rusak mau tidak mau harus dilalui.
Apalagi bila traveller memutuskan naik motor. Harus hati-hati karena jalan belum beraspal. Saat cuaca cerah jalan lebih bersahabat, beda bila habis hujan, jalan basah dan licin.
Dari tempat parkir motor, traveller masih harus berjalan. Namun tidak jauh hanya sekitar beberapa meter saja. Hati-hati tetap harus diperhatikan. Karena meski sudah dikenal, pembatas yang ada di sekitar tebing masih berupa bambu. Jangan memaksakan diri bila banyak pengunjung yang sedang berada di tebing.
Akan lebih baik bila bergantian dengan pengunjung lain. Meski terlihat kokoh, namun posisi tebing yang menjorok harus disikapi dengan bijak. Jadi bila sudah dapat posisi yang pas, cepat berfoto dan bergantian dengan pengunjung lain.
(Tribunjabar)