Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laut Laksamana Muda TNI Darwanto mengaku prihatin dengan keterbatasan yang dimiliki Pos TNI AL di Wilayah Perbatasan Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pos TNI AL di Sei Pancang di Pulau Sebatik itu bahkan membuat Darwanto mengaku tidak memiliki kebanggaan di wilayah perbatasan.
”Saya melihat sarana dan prasarana di mana tadi jembatannya sudah rusak. Di satu sisi kita tidak memiliki kebanggaan di perbatasan karena kurangnya sarana dan prasarana penjagaan kita di sana.” ujar Darwanto, saat mengunjungi Pos TNI AL di Pulau Sebatik, Jum’at (22/5/2015).
Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan pos pengamanan perbatasan milik TNI AL Negara Malaysia. Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laut Laksamana Muda TNI Darwanto mengaku akan memperbaiki pos keberadaan pos yang langsung berbatasan dengan perairan Tawau, Malaysia tersebut.
“Negara sebelah sangat mentereng sekali. Kita sendiri jembatan kayunya jelek. Kita akan segera ajukan untuk melaksanakan perbaikan, di mana itu sarana kita untuk menjaga kedaulatan di perbatasan Sebatik.” ucapnya.
Darwanto mengatakan, untuk menjaga wilayah perbatasan di Kalimantan Utara, TNI AL memiliki 5 KRI yang rutin melakukan patroli di wilayah perairan Ambalat. Meski demikian, diakuinya jika ada sedikit kekosongan patroli di wilayah perairan perbatasan maka negara tetangga akan memanfaatkan hal tersebut untuk memasuki wilayah perairan Indonesia.
“Saat ini ada 5 KRI dalam rangka operasi gabungan termasuk pesawat udara dari TNI AU. Kenyataan yang ada apabila kita kosong mereka masuk. “ ujarnya.
Minimnya sarana pendukung dari TNI AL untuk menjaga wilayah perbatasan itu antara lain kurangnya peralatan seperti alat komunikasi, speedboat, combat boat dan inframerah ketika berjaga malam. Kesulitan pasokan minyak juga diakui sangat menganggu kinerja pengawasan di wilayah perbatasan.
Kurangnya sarana kapal patroli sempat dirasakan oleh beberapa wartawan yang mengikuti rombongan. Speedboat Patkamla Lodres yang ditumpangi wartawan justru mengalami kerusakan mesin. Padahal kapal cepat tersebut merupakan kapal patroli di wilayah perbatasan. Akibat kerusakan tersebut rombongan wartawan terpaksa kembali ke Nunukan.
“Kita agak sulit pasokan minyak. Kita harapkan pemerintah memberi perhatian khusus di perbatasan, juga terhadap sarana dan prasarana umum yang harus kita bangun agar rakyat di wilayah perbatasan memiliki rasa nasionalime yang tinggi,” ucap Darwanto.
(kompas)