Densus 88/Antiteror menemukan 21 bom aktif siap ledak dari tangan para teroris yang ditangkap di Solo. Daya ledak yang dimiliki puluhan bom tersebut terbilang cukup tinggi.
“Dari ahli penjinak bom menyampaikan bahwa dari komponen yang sudah dikumpulkan bom bisa menjadi high explosive dan low explosive,” kata salah seorang perwira di lingkungan Densus 88/Antiteror yang enggan disebutkan namanya, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (14/8/2015).
Satuan elit berlogo burung hantu ini mensinyalir bahwa tiga tersangka teroris yang dibekuk di Solo ini terkait dengan jaringan Badri Cs, kelompok yang pernah merakit bom di Beji Depok dan meledak.
Badri dikenal piawai dalam merakit bom, termasuk menggunakan bahan cair nitro gliserin. Badri yang ditangkap pada 2012 lalu ini juga bertugas merekrut dan mengajarkan pembuatan bom kepada calon-calon bomber. Pengalaman membuat bom dia pelajari dari gembong teroris Noordin M Top saat berada di wilayah konflik Poso, Sulawesi Tengah.
“Pada saat pelatihan pembuatan bom, Badri merekrut anak-anak usia belasan tahun, waktu itu mereka masih SMP, tapi setelah besar mereka mahir membuat bom, salah satunya Ibadurrahman (19),” kata perwira tersebut yang ikut dalam penangkapan.
Ibadurrahman rupanya menurunkan kemahirannya merakit bom kepada teman-temannya yang lain. “Dia mendapat perintah dari seniornya yang ada di Lapas Kedungpane. kalau sudah bisa membuat bom supaya melakukan penyerangan terhadap polisi,” ujar sumber tersebut.
Perintah tersebut menjadi semacam ujian. Mereka yang dianggap mampu merakit bom dijanjikan terbang ke Suriah untuk ikut berperang.
“Dananya sudah disediakan dari seseorang napi teroris BN yang sekarang berada di Suriah,” bebernya.
Terkait sasaran terhadap pihak kepolisian, rupanya bukan isapan jempol. Setidaknya polisi mendapatkan pengakuan itu dari salah seorang tersangka yang ditangkap.
“Pengakuan salah seorang tersangka mereka akan menyerang Polsek di Pasar Kliwon yang mereka sempat survei. Juga beberapa rumah ibadah,” ujarnya.
Terkait dengan pendanaan terorisme, Densus 88 juga akan menerapkan UU 9/2013 tentang Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
“Kelompok ini lengkap, yang memerintah ada yaitu dari Lapas Kedungpane dan mensupport dana juga ada dan dari Suriah,” kata perwira tersebut.
Kapolda Jateng, Irjen Noer Ali dalam keterangannya, Jumat (14/8/2015), mengatakan tiga orang tersangka teror di Solo selain merencakanan teror ke kantor polisi dan tempat ibadah, juga menyasar peringatan kemerdekaan RI.
Adapun ketiga tersangka yang diamankan Densus 88 adalah Ibadurrahman sebagai penerima dana dan merakit bom, Yuskarman yang juga spesialis pembuat bom rakitan, dan Giyanto yang bertindak menyiapkan sarana dan prasarana perakitan bom dan ikut menyimpannya. Terkait temuan 21 bom, polisi mendapatkannya di sebuah rumah kos di Karanganyar.
Giyanto juga melakukan survei ke Polsek Pasarkliwon sebagai salah satu target. Giyanto juga disebut terlibat dalam kasus penembakan anggota Polri di Solo pada 2012.
(detik.com)