Pekan depan, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi didaulat menjadi salah satu pembicara dalam Forum Pemimpin Muda Dunia di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Selasa (18/8/2015).
Kesempatan itu pun tidak akan disia-siakan. Selain akan menyampaikan inovasi kepemimpinan berbasis budaya, Dedi mengaku akan memperkenalkan sate maranggi. “Saya akan membawa sekitar 200 tusuk sate maranggi. Saya akan perkenalkan sate maranggi secara langsung ke dunia,” ujar Dedi Mulyadi kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2015).
Sate maranggi merupakan salah satu makanan khas Purwakarta. Terbuat dari daging sapi atau kambing pilihan yang dipotong seperti sate umumnya. Bedanya, daging sate maranggi lebih empuk dan gurih dibanding sate lain. (Baca: Bupati Purwakarta Pidato di Markas PBB)
Bumbunya pun sangat sederhana, hanya kecap ditambah potongan cabai rawit. Di beberapa tempat di Purwakarta, sate maranggi disajikan dengan sambal yang terdiri dari cabai rawit super pedas, tomat, dan garam.
Bagi yang tidak suka pedas, sebaiknya hindari sambal ini. Namun bagi yang suka pedas, dijamin sambal ini akan membuat mata berkaca-kaca. (Baca: Wakili Indonesia di Forum PBB, Bupati Purwakarta Pakai “Pangsi” Putih)
Salah satu yang difavoritkan konsumen selain sate adalah sambalnya yang luar biasa pedas, segar, namun tidak membuat perut melilit. Sate Maranggi Cibungur adalah satu di antara penjual sate yang diburu konsumen dari berbagai daerah, terutama Jakarta.
Saking lakunya, untuk memenuhi kebutuhan sate maranggi saja, daging sapi yang dibutuhkan minimal 1,5 ton per hari. Jumlah itu belum termasuk kebutuhan daging sapi untuk sop iga sapi, sop dengkul sapi, dan daging sapi.
“Tapi meskipun kebutuhan daging sapi sangat besar, penjual sate maranggi tidak pernah tidak jualan gara-gara daging sapinya gak ada. Karena sate maranggi di Purwakarta selalu menggunakan sapi lokal, jadi tidak akan terpengaruh dengan sapi impor atau apalah itu,” tutur Dedi.
Sate maranggi, sambung Dedi, bukan hanya sekadar makanan khas Purwakarta. Lebih dari itu, sate maranggi adalah ikon Purwakarta. Itulah mengapa, Pemkab Purwakarta mengadakan lomba sate maranggi. Bahkan, untuk mengenalkan sate maranggi ke luar Purwakarta, Dedi tengah memasang hotspot di warung-warung yang menjual sate maranggi.
“Jika selama ini nongkrong di kafe ada wifi-nya, kini di warung sate maranggi juga ada wifi-nya,” tutur Dedi.
Salah satu pedagang sate maranggi, Yayah (41) mengaku sebagai generasi ketiga. Menurut dua, untuk bertahan di bisnis ini syaratnya hanya satu, jujur. “Kita harus jujur, terutama dalam pemilihan daging. Karena kalau kita menjual maranggi menggunakan daging kurang bagus, dagingnya tidak akan enak,” ucap dia.
Pembuatan sate maranggi sangat sederhana. Tinggal pilih daging terbaik, bersihkan, potong-potong, lalu kasih garam. Setelah itu, sate maranggi siap dibakar. “Sangat sederhana, bumbunya hanya kasih garam, tidak ada rahasia macam-macam. Yang penting dagingnya bagus. Karena daging yang bagus akan mengeluarkan rasa yang gurih dan enak setelah dibakar. Bumbu pendampingnya juga sederhana, hanya kecap ditambah potongan bawang, cabai, dan tomat,” tutup dia.
Dedi akan bertolak dari Indonesia, Minggu (16/8/2015) pukul 19.00 WIB. Ia akan berada di Amerika Serikat hingga Kamis, dan tiba di Indonesia Jumat (21/8/2015). Selain menyampaikan pidato kebudayaan di Markas PBB, Dedi akan menyampaikan ceramah di KJRI (Masjid Al-Hikmah) kawasan Astoria, New York, dan di Indonesian Muslim Assosiation in America (IMAAM) Center.
Dedi pun akan bersilaturahmi ke KBRI di New York. Dan mengkhiri kunjungannya ke AS dengan melakukan sesi wawancara dengan Voice of America (VoA).
Forum Kepemimpinan Muda Dunia diselenggarkan International Young Leaders Assembly (IYLA). Tema yang diangkat dalam acara tersebut adalah “Kepemimpinan Moral dan Inovatif: Visi, Service, Kewirausahaan, dan Kepemimpinan”. Acara tersebut akan dihadiri 700 peserta dari 90 negara. Terdiri dari mahasiswa S1,S2, dan S3, pemerintah, NGO, politisi dan bisnis, serta perwakilan PBB.
(kompas.com)