Ini Penjelasan Kenapa Pengojek Konvensional Tolak Ojek Berbasis Aplikasi

by -299 views

gojekKehadiran jasa transportasi ojek yang berbasis aplikasi tidak sepenuhnya disambut baik di sesama kalangan pengojek. Meski ada beberapa yang memilih bergabung, cukup banyak pengojek konvensional yang terang-terangan menolak kehadiran dan cara kerja ojek berbasis aplikasi.

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel melihat penolakan dari pengojek konvensional sangat mendasar, yakni terkait dengan masalah zona wilayah pekerjaan pengojek itu sendiri. Selama ini, para tukang ojek bekerja dengan cara yang kurang lebih sama dan bersaing antar sesama anggota kelompok mereka sendiri sehingga dianggap tidak ada masalah. Lain halnya dengan pengojek berbasis aplikasi.

“Setiap orang dan kelompok memiliki zone territorial. Mereka akan mempertahankan zone itu. Terjadilah dinamika in-group versus out-group,” kata Reza dalam sebuah diskusi dengan Kompas.com, Senin (3/8/2015).

Melalui penjelasan itu, Reza ingin mengungkapkan, pengojek konvensional melihat pengojek berbasis aplikasi sebagai bagian di luar kelompok mereka. Meski sama-sama pengojek, tukang ojek konvensional yang rata-rata memiliki pangkalan ini melihat pengojek berbasis aplikasi adalah pihak asing yang tiba-tiba masuk di ranah kerja mereka.

Baca Juga:  BPBD Bandung, Harus Segera Dibentuk

Tukang ojek konvensional menilai, pengojek berbasis aplikasi masuk ke wilayah kerja yang adalah zona mereka juga sehingga terjadilah konflik. Konflik tersebut berpotensi untuk terus berlanjut.

Secara tidak sadar, untuk melindungi kelompoknya dari pihak asing yang dianggap mengganggu, orang-orang di dalam kelompok bisa berperilaku layaknya “hewan” untuk melindungi diri, kelompok, dan wilayahnya.

“Perilaku manusia jadi sama dengan perilaku hewan yang didorong oleh insting teritorial,” tutur Reza.

Sejumlah konflik antara pengojek konvensional dengan pengojek berbasis aplikasi sempat terjadi beberapa kali di Jakarta. Konflik terlihat dari banyaknya spanduk-spanduk yang sempat terpasang dan tertulis larangan pengojek berbasis aplikasi untuk datang sampai adu mulut dan adu fisik. Dari rangkaian konflik yang terjadi, pihak yang selalu dirugikan adalah penumpang ojek sendiri.

(Kompas)

About Author: Jaenal Indra Saputra

Gravatar Image
Jaenal Indra Saputra adalah seorang penulis di media online. Dia bekerja di bagian IT di perusahaan tempat dia bekerja.