KEPALA Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat mengatakan, tak menutup kemungkinan jumlah korban asal Indonesia akan bertambah, mengingat banyak jamaah yang belum kembali ke maktab sejak peristiwa itu. ”Jamaah yang dilaporkan belum kembali ke tenda di Mina mulai saat kejadian sebanyak 225 orang,” katanya, kemarin.
Maktab ketiga kloter ini bertempat di Mina Jadid. Menurut Arsyad, kemungkinan jamaah yang belum kembali ke maktab berada di hotel di Makkah karena jaraknya lebih dekat ke Jamarat.
Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Agama (Kemenag) terus mencari korban tragedi Mina. Petugas haji menyisir berbagai lokasi untuk mencari jamaah haji Indonesia. ”Kami terus berupaya mencari korban yang akan melontar jumrah dengan cara membentuk tim khusus,” kata Arsyad.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah berkomunikasi dengan jamaah haji dan menelusuri setiap rumah sakit di Makkah. Selain itu, jamaah haji juga diminta tertib dalam melempar jumrah, termasuk jadwal melontar jumrah. ”Kami mohon tidak lempar jumrah pada pukul 13:00 waktu Arab Saudi sampai pukul 16:00,” imbuhnya.
Meski begitu, insiden di Mina tak akan mengganggu jadwal pemulangan jamaah haji asal Indonesia. Rencananya pemulangan tetap dilakukan pada 29 September 2015. ”Termasuk pemulangan tidak akan diundur,” kata Kepala Bidang Humas Kementerian Agama RI Rosidin Karidi.
Menurut Rosidin, saat ini aktivitas jamaah haji di Arab Saudi kembali normal. Hanya pihak Kementerian Agama dan panitia ibadah haji sedang berkoordinasi memeriksa apakah masih ada WNI lain yang menjadi korban akibat musibah di Mina.
Sejumlah saksi mata tragedi Mina menyebut insiden tersebut diawali dengan terburu-burunya jamaah haji dari Iran untuk melewati dan menerobos rute jamaah lainnya seraya berkampanye tentang ide revolusi Iran. Mereka menolak diatur saat diminta kembali ke rute yang sudah ditentukan.
Pejabat Keamanan di Arab Saudi mengatakan, penyebab insiden Mina lantaran jamaah haji dari Iran tidak mengikuti rute yang sudah ditentukan pemerintah Saudi. Ini selalu terjadi setiap tahun.
“Jamaah dari Iran tidak mendengarkan dan mengabaikan instruksi, kemudian bentrok dengan kami dan meneriakkan slogan-slogan revolusi sebelum terjadinya insiden,” kata seorang pejabat keamanan Saudi.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdallahaan menegaskan, pemerintah Saudi harus bertanggungjawab atas kecelakaan ini. Ia akan memanggil resmi Dubes di Arab Saudi di Teheran untuk menyampaikan protes Iran dan meminta penjelasan yang diperlukan tentang penyebab insiden.
KAJI KUOTA HAJI
Sementara itu, insiden berdarah jamaah haji saat melempar jumrah di Mina berbuntut panjang. Pemerintah menyatakan tengah mengkaji tawaran Arab Saui soal tambahan kuota haji bagi Indonesia mencapai 20.000 orang pada pelaksanaan ibadah haji tahun depan.
Kepala Bidang Humas Kementerian Agama Rosidin Karidi mengatakan, evaluasi itu dipengaruhi dengan dua kejadian robohnya alat pengangkut alat konstruksi atau Crane dan tewasnya ratusan jamaah haji saat melempar jumrah di Mina.
”Pasti kami akan evaluasi lagi. 20.000 jamaah bukan jumlah yang sedikit. Jika memang pemerintah Arab Saudi dapat menjamin, maka kami berangkatkan,” kata Rosidin.
Menurutnya, penambahan kuota haji dengan total hingga 230.000 tahun depan bagi jamaah dari Indonesia merupakan hal positif. Salah satunya dapat mengurangi waktu menununggu bagi jamaah asal Indonesia yang mau melaksanakan haji yang dapat mencapai hingga 5 tahun.
”Tapi jika kondisinya dirasa tidak memungkinkan atau masih ada perbaikan besar yang dilakukan oleh otoritas Arab Saudi, kami akan lakukan rapat internal terlebih dahulu,” jelasnya.
Sebelumnya dalam kunjungan kerja kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Timur Tengah, pertengahan September lalu, Pemerintah Arab Saudi sepakat menambah kuota haji Indonesia sebanyak 10 ribu dari jumlah yang ada saat ini, yakni sebanyak 168.000 orang.
(metropolitan.id)