Jumlah titik api atau hotspot di provinsi Sumatera Selatan, telah menurun drastis menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho. Hal itu diketahui dari pantauan Satelit Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS).
Dalam siaran persnya yang diterima TRIBUNnews.com, diketahui pada Rabu sore (14/10), pukul 16.00 WIB, jumlah hotspot di wilayah Sumatera Selatan turun menjadi sembilan titik. Kesembilan hotspot tersebut antara lain berada di Ogan Komering Ilir (OKI) 4 titik, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan 5 titik.
“Sehari sebelumnya, jumlah hotspot itu mencapai 278, meskipun jumlahnya turun, kualitas udaranya masih belum sehat,” kata Sutopo.
Pantauan BNPB menemukan, kualitas udara yang diukur dengan konsentrat partikulat masih menunjukkan kualitas sangat tidak sehat. Sutopo menghimbau warga untuk menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah.
“Di samping itu, sebaran asap berasal dari Palembang ini masih berdampak pada kualitas udara tidak sehat di Jambi,” jelasnya.
BNPB dan sejumlah pihak lainnya, masih terus berupaya menyelesaikan permasalahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Kahutla), yang telah menyebabkan kabut asap. Satuan Tugas (Satgas) Darat dan Udara melakukan pemadaman dan pendinginan (mopping up) di area terbakar dan berasap.
“Satgas udara itu termasuk pihak Australia, Malaysia dan Singapura,” ujarnya.
Satgas Udara gabungan mengerahkan 8 unit angkutan udara dengan total pengeboman sebanyak 553.500 liter. Pengeboman atau water bombing ini difokuskan di Indralaya, Simpang Tiga Sakti, Padang Sugihan, Pedamaran, Cengal, dan Air Sugihan.
Operasi udara telah menggunakan pesawat jenis Hercules Bomber C-130 yang mampu mengangkut 15.000 liter air milik pemerintah Australia, selain itu operasi juga menggunakan pesawat Bombardier milik pemerintah Malaysia, dan helikopter Chinook milik pemerintah Singapura.
(Tribunnews)