Kabut asap tebal yang dihasilkan oleh kebakaran hutan Indonesia telah menyebabkan kualitas udara di Thailand berada di tingkat terburuk dalam satu dekade terakhir.
Selama hampir dua bulan terakhir, ribuan kebakaran hutan yang disebabkan oleh sistem pembersihan lahan pertanian tebang dan bakar telah menyebabkan peningkatakan jumlah kasus penyakit pernapasan, penutupan sekolah-sekolah, mengganggu sejumlah penerbangan, dan membuat dibatalkannya sejumlah acara bertaraf internasional.
Biasanya, Thailand tidak terkena dampak dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Indonesia, dimana terjadi setiap tahunnya.
Namun dalam beberapa pekan terakhir kabut asap tak hanya masuk ke wilayah udara Thailand, namun lebih jauh berhembus ke utara negara Gajah Putih.
Hal itu menjadi ancaman serius bagi industri pariwisata di Thailand.
Pejabat Thailand, Kamis (22/10/2015), mengatakan kualitas udara berada di tingkat yang tidak sehat di tujuh provinsi yang berada di wilayah selatan negara mereka, dengan kondisi terburuk berada di provinsi Songkhla di mana sejumlah jadwal penerbangan telah ditunda atau dibatalkan.
“Ini dianggap krisis. Ini yang terburuk dalam 10 tahun,” ujar Halem Jemarican, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Provinsi Songkhla, seperti dikutip dari Channelnewsasia.com.
“Faktor utama adalah angin. Ia berhembus kuat di tempat awal terjadinya kebakaran, namun saat mencapai Thailand melemah, sehingga kabut berlangsung cukup lama,” katanya.
Wilayah Selatan Thailand merupakan salah satu destinasi wisata populer di dunia.
Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengatakan telah medistribusikan 55.700 masker di wilayah selatan, dan 40 ribu lainnya, dalam waktu dekat.
Dalam sebuah pernyataan Departemen Pengendalian Pencemaran Thailand telah meminta Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan langkah-langkah untuk mengurangi pembakaran hutan dan kabut.
(Tribunnews)