Penjagaan wilayah perbatasan, khususnya di atas perairan Ambalat menjadi tidak terkontrol akibat tebalnya kabut asap. Hal inilah yang menjadi masalah TNI saat menjaga perbatasan dari udara saat ini.
Tim penerbang dari skuaron Udara 21, dari Lapangan Udara Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur, harus kembali lebih cepat dari tugas penjagaan karena jarak pandang yang sempit. Menurut mereka, kabut asap mengganggu jarak pandang dari udara yang hanya kurang dari satu kilometer.
“Hari ini kita menerbangkan tiga pesawat Super Tucano. Jarak pandang memang sangat dekat. Seperti kita lihat sendiri, tidak sampai satu kilometer. Memang sangat mempengaruhi, apalagi dengan pesawat yang kecepatannya cukup tinggi. Jarak pandang sangat merugikan bagi pesawat yang sedang terbang.” ujar Komandan Skuadron Udara 21, Letnan Kolonel Penerbang, Dedy Iskandar, Sabtu, 17 Oktober 2015.
Dijelaskan Dedy, patroli pemantauan menggunakan tiga pesawat Super Tocano di wilayah perbatasan, khususnya di atas perairan Ambalat dan Karang Unarang. Jarak pandang hanya satu kilometer karena kabut asap melanda kota Tarakan dan menyelimuti hampir seluruh kawasan bandara dan Lanud Tarakan.
Menurut Dedy, tidak hanya di Lanud Tarakan, kabut asap juga menyelimuti hampir seluruh wilayah perbatasan di Kalimantan Utara. Ini merupakan asap kiriman dari kebakaran lahan di Kalimantan Tengah, Selatan dan Timur.
“Asap itu mengarah ke wilayah-wilayah tersebut karena sekarang kondisi atau musim angin selatan ke utara,” kata Dedy. (garudamiliter)