Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengalokasikan anggaran sebesar Rp 330 miliar pada 2016 untuk budidaya rumput laut lokal. Anggaran ini meningkat 8 kali lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya Rp 40 miliar.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, anggaran tersebut diambil dari alokasi anggaran Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP.
“Tahun depan dari kita ambil dari anggaran Perikanan Budidaya sebesar Rp 330 miliar untuk rumput laut. Anggaran itu untuk meningkatkan jumlah petani rumpur laut dan meningkatkan kualitas rumput laut,” ujarnya di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (9/10/2015).
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan, dari anggaran tersebut, akan digunakan untuk membangun laboratorium skala kecil yang bisa dimanfaatkan oleh para pembudidaya rumput laut dalam rangka meningkatkan kualitas hasil rumput lautnya.
“Jadi anggaran 2016 itu untuk menaikan kualitas. Kami buat laboratorium kecil di masyarakat atau sentra rumput laut sehingga kualitasnya bisa kita naikan,” kata dia.
Menurut Slamet, peningkatan kualitas rumput laut lokal dinilai penting guna meningkatkan pendapatan para pembudidaya dari hasil panen rumput lautnya.
“Targetnya sangat luar biasa. Rumput laut sangat membantu masyarakat dalam menaikan pendapatan masyarakat. Sehingga dengan kondisi seperti ini dinilai sangat tepat,” tandasnya.
Sebelumnya, berdasarkan data sementara FAO yang dikeluarkan pada Maret 2015, Indonesia menjadi produsen terbesar rumput laut di dunia, khususnya untuk jenis Eucheuma cottonii. Produksi rumput laut Indonesia jenis Euheuma cottonii pada 2013 menempati urutan pertama dunia sebanyak 8,3 juta ton.
Sedangkan untuk rumput laut jenis Gracilaria sp, pada 2013, Indonesia menempati urutan kedua setelah China, dengan produksi sebesar 975 ribu ton. (liputan6.coma)