LANGIT sedikit berkabut pada Minggu (13/9/2015) pagi, tetapi matahari tetap terlihat dan sinarnya masih mampu menerobos ke dalam air laut yang tenang.
Dari atas kapal motor yang bergerak ke tepi, Pulau Pasumpahan tampak indah, dengan hamparan pasir putih dan pohon nyiur yang berjajar rapi. Lautnya yang biru, begitu menggoda untuk segera diselami.
Rino Wong (39), wisatawan asal Jakarta, berenang pelan di sisi selatan Pulau Pasumpahan. Sebagian kepalanya terbenam. Cipratan air laut muncul saat dia menggerakkan kedua kaki dan tangan.
Sekali- sekali, ia berdiri sekitar tiga menit sampai lima menit untuk menarik napas dan memperbaiki kacamata renangnya.
Satu setengah jam berlalu, Rino berjalan ke pantai. Tangan kirinya memegang perlengkapan snorkeling. Dia tidak terlihat lelah meski cukup lama berenang. Dia pun bergegas menuju pondok kecil tempatnya meletakkan handuk dan pakaian.
”Waktu rasanya cepat sekali, sudah harus pulang. Padahal, saya ingin lebih lama di sini karena pulau sangat indah. Biota lautnya juga bagus. Namun, mau gimana lagi, saya harus segera ke bandara untuk balik ke Jakarta,” kata Rino.
Selesai berkemas dan berswafoto dengan latar pantai, Rino bersama wisatawan lain menyeberang ke daratan menggunakan perahu motor. Dari pantai, ia akan menuju pusat kota Padang dengan mobil.
Pulau Pasumpahan terletak sekitar 20 kilometer di sisi barat Kota Padang. Untuk ke pulau itu, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit menggunakan sepeda motor atau mobil menuju Kelurahan Sungai Pisang, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, tempat kapal penyeberangan menunggu.
Ada baiknya menggunakan sepeda motor karena jalan menuju Sungai Pisang sebagian besar jalan tanah dan berbatu.
Di Sungai Pisang, ada kapal penyeberangan. Sesuai kesepakatan, wisatawan membayar Rp 35.000 per orang untuk menyeberang bolak-balik Sungai Pisang-Pulau Pasumpahan.
Terkadang, pengunjung perlu menawar. Sebab, tidak sedikit pemilik kapal yang meminta bayaran hingga Rp 50.000 per orang.
Ongkos perahu motor belum termasuk tiket masuk pulau yang sebesar Rp 15.000 per orang. Menurut pengelola, biaya masuk itu untuk kebersihan.
Daratan Pulau Pasumpahan, dengan luas 16,9 hektar dan keliling 1.916 meter, mewakili ciri pulau-pulau kecil di Sumatera Barat (Sumbar), yakni berpasir putih dan ditumbuhi pohon kelapa.
Berjalan kaki menyusuri pasir yang lembut dan bersentuhan langsung dengan ombak sangat disenangi wisatawan.
Jika ingin yang lebih menantang, ada bukit setinggi 100 meter di sisi utara pulau. Dari puncak bukit, wisatawan dapat menikmati pemandangan Pasumpahan dan sekitarnya.
Di sisi utara Pasumpahan, tumbuh subur hutan mangrove yang menambah asri pulau. Seusai bermain di pantai atau berenang, banyak wisatawan yang berjalan kaki menyusuri kawasan itu untuk mencari kerang, ikan-ikan kecil, atau sekadar berfoto. Di sisi barat pulau terdapat area transplantasi sekitar 1.600 terumbu karang.
Bawah laut Pasumpahan juga menawarkan pesona yang tak kalah indah. Sedikitnya, sejauh 20 meter lebih di setiap sisi pulau merupakan kawasan dangkal sedalam 1-2 meter sehingga sangat cocok bagi penggemar snorkeling. Selebihnya, merupakan kawasan yang lebih dalam untuk mereka yang hobi menyelam.
”Area snorkeling sangat cocok untuk pemula atau yang mau belajar menyelam. Kejernihan air cukup mendukung dan relatif aman. Biota karang dan ikan karang juga cukup mewakili. Selain itu, dibandingkan dengan pulau-pulau sekitarnya, Pasumpahan juga lebih kompleks. Selain ada hutan mangrove, kalau menyelam dan beruntung akan bertemu dengan penyu dan kuda laut,” kata penyelam senior dari Universitas Bung Hatta Padang, Indrawadi Mantari, yang tengah melakukan transplantasi terumbu karang.
Terus dikembangkan
Sebagai destinasi wisata yang semakin dilirik wisatawan, Pasumpahan terus dikembangkan. Pengembangan sepenuhnya dilakukan masyarakat setempat, baik tiket penyeberangan, biaya masuk, dan harga sewa fasilitas yang ada. Pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, hanya melakukan pembinaan.
”Oleh karena itu, pemerintah lebih banyak mendorong terbentuknya badan pengelola wisata di sana. Sejalan dengan itu, pembinaan masyarakat terkait konsep sadar wisata juga terus dilakukan,” kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Trisna Putra.
Pengembangan yang dilakukan pengelola adalah menambah berbagai fasilitas. Saat ini, terdapat satu penginapan dengan tiga kamar bertarif Rp 250.000 per kamar per malam. Wisatawan yang menggunakan fasilitas itu adalah wisatawan luar Sumbar yang ingin bermalam di Pasumpahan, tetapi tidak membawa tenda.
Pengelola juga membangun balai dan bangku-bangku agar wisatawan dapat bersantai, mushala, kamar bilas, area berkemah, lapangan voli, dan lapangan futsal. Bagi yang hobi berfoto dengan berlatar belakang pantai atau bukit-bukit di sekitar Pasumpahan, dibangun dermaga kayu sepanjang 35 meter di sisi timur pulau.
Menurut pengelola Pasumpahan, Iwan (37), pengembangan Pasumpahan memang diarahkan dengan konsep arena bermain, baik di darat maupun laut. Pulau-pulau lain di sekitar Pasumpahan, seperti Pamutusan dan Pagang, sudah mengembangkan penginapan.
Pengembangan itu, menurut Iwan, diperlukan karena jumlah pengunjung terus bertambah. Dari semula beberapa ratus orang, pulau yang mulai dibuka untuk umum sejak 8 bulan lalu itu kini dikunjungi sekitar 2.000 orang per bulan. Selain dari Sumbar, mereka berasal dari Jambi, Pekanbaru, dan Jakarta.
Semakin populernya Pasumpahan, membuka sumber ekonomi baru terutama bagi masyarakat sekitar. Jika pada 2014 hanya ada beberapa kapal penyeberangan, sejak awal 2015 terus bertambah hingga 40 kapal. Paket wisata oleh masyarakat juga banyak dibuka.
”Wisatawan yang ingin menggunakan paket wisata hanya membayar Rp 205.000 per orang,” kata Alvendra Oktaver, salah satu penyedia paket wisata ke Pasumpahan.
(kompas.com)