Teguh Hasanuddin bangga nama kakeknya menjadi nama jalan besar di Depok, Jawa Barat, Jalan Margonda Raya. Teguh sendiri tak kenal langsung sosok kakeknya Margonda, dia hanya mendengar cerita dari ibunya yang merupakan putri tunggal pasangan Margonda dan Maimunah istrinya.
Teguh tahu kalau nama kakeknya dijadikan jalan atas jasa mantan Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie. Dia sendiri hanya membaca dari literatur.
“Banyak orang yang nggak tahu kalau Margonda itu nama orang,” jelas Teguh saat berbincang dengan detikcom, Selasa (10/11/2015).
Teguh juga hanya tahu sosok kakeknya dari cerita. Di rumah tak ada terpampang foto kakeknya, yang dia tahu foto kakeknya terpampang di musium di Bogor.
“Di rumah cuma ada buku nikah nenek sama SK pensiun,” jelasnya.
Kini nama Margonda kerap disebut orang. Rasa bangga tertanam di dada Teguh, cucu satu-satunya Margonda. Teguh kini tinggal di Kebon Pala, Jaktim.
Perjuangan Margonda harus berakhir saat peluru musuh menembus dadanya dalam perang yang berlangsung di Depok pada 16 November 1945. Margonda yang kala itu akan melemparkan granat ke musuh seketika tumbang dan mengembuskan napas terakhirnya.
Margonda tertembak timah panas penjajah di pinggir Kalibata, Pancoran Mas. Dia gugur di medan pertempuran di usia yang masih muda yakni 27 tahun.
Jasa Margonda terus dikenang dan namanya diabadikan menjadi nama jalan di Depok, yakni Jalan Raya Margonda. Penamaan jalan itu dilakukan pada tahun 1970-an.
(Detik)