Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengkritik industri berbasis urban di Indonesia.
Kritik tersebut disampaikan Dedi dalam ajang 1AES-1 Asean Enterpreneurship Summit 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/11/2015).
“Industri berbasis urban hanya melahirkan kemiskinan baru,” ujar Dedi.
Industri berbasis urban, sambung Dedi, mengundang penumpukan orang di satu tempat. Akibatnya, harga-harga di tempat tersebut melonjak tajam.
Tak hanya itu, biaya hidup mahal, rumah mahal, ditambah regulasi penumpukan uang berujung pada inflasi.
“Akhirnya, industri berbasis urban menghasilkan kemiskinan baru,” ungkapnya.
Tak hanya berpengaruh di perkotaan, lanjut Dedi, kondisi ini berpengaruh di pedesaan.
Problem anak pedesaan saat ini adalah mereka memahami perubahan industri dengan meninggalkan tradisi.
“Mereka (anak di bawah umur) sibuk merokok, menggunakan motor, dan menghabiskan waktu dengan media sosial dan televisi,” ucapnya.
Parahnya, hal ini mengakibatkan aspek produksi desa terbengkalai. Lama-kelamaan, mereka mereka pun mulai membeli makan, minum, baju dan bukan memproduksi.
Uang yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan menjual aset di desanya.
Jika dibiarkan dalam jangka panjang, desa kaya raya akan berubah menjadi daerah miskin baru. “Ujungnya adalah kehancuran desa dan kota,” imbuhnya.
Untuk itu, kata Dedi, dibutuhkan solusi menyeluruh. Di antaranya menumbuhkan pengembangan industri berbasis desa, lingkungan, dan budaya.
(Kompas)