KETAN BINTUL KUDAPAN LEZAT LEBIH DARI SEABAD

by -488 views

ketan bintulDi Banten ada tradisi yang sudah berlangsung sejak 15 abad yang lalu, suatu kebiasaan sangat sulit dilupakan. Karena kebiasaan ini hadir bukan hanya sebagai santapan pembuka di bulan Ramadan saja, tapi sudah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat Banten dari berbagai macam kalangan dan golongan. Ya, ini dia ketan bintul, kudapan lezat berusia lebih dari seabad.

Ketan bintul akan lebih mudah kita jumpai saat bulan Ramadan di sepanjang daerah pinggiran pasar lama Serang. Dengan uang Rp500 kita sudah memperoleh tiga potong. Konon menurut cerita dari orang-orang tua terdahulu, ketan bintul adalah makanan kegemaran Sultan Maulana Hasanuddin, seorang pangeran yang menjadi panutan masyarakat kerajaan Banten pada waktu itu. Padahal, makanan ini diketahui makanan khas rakyat biasa.
Biasanya masyarakat Banten khususnya Serang yang mempunyai keluarga dan kerabat yang banyak terbiasa membuat sendiri panganan tersebut, mungkin memanfaatkan beras ketan dari hasil panennya. Tapi yang pasti untuk memberi suguhan yang khas bagi para tamu dan keluarga pada saat berbuka puasa.

Baca Juga:  Penumpang truk tewas akibat kecelakaan tunggal di Cibareno Sukabumi

Ketan bintul terbuat dari beras ketan yang dikukus. Setelah nampak matang lalu diletakkan pada sebuah wadah yang sudah disiapkan dahul. Wadah tersebut dari bekas karung beras yang tidak ada gambarnya atau mereknya karena akan mengotori ketan yang akan ditumbuk. Ketan yang sudah dipastikan matang itu kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik.
Menumbuknya pun harus dengan tenaga besar. Di sini perlu diperhatikan, beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai kehilangan panasnya agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk. Makanya membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta mengerti betul bagian-bagian mana yang belum tertumbuk. Sambil membolak-balik penumbukan terus dilakukan hingga diyakini tidak ada bagian sedikit pun yang tidak tertumbuk.

Memang melakukannya tidak boleh ada istirahat, karena panas yang dikandung pada ketan akan cepat menguap dan lekas menjadi dingin. Bila ini terjadi, ketan akan sangat keras ditumbuknya dan akan sulit mendapat hasil bagus dan sempurna. Kemungki­nan juga hasilnya akan gagal.
Untuk itu, pekerjaan semacam ini harus dilakukan minimal dua orang dengan membagi tugas saling bergantian. Satu menumbuk dengan alat penumbuk berupa alu kayu yang ada bebannya, satu lagi membolak-balikan agar merata halusnya.

Baca Juga:  Heli Kepresidenan Diganti, Luhut: Agusta Lebih Bagus dari Super Puma

Bila ingin menghasilkan yang lebih bagus, gurih dan ada rasanya, saat pengukusan beras ketan dicampur parutan kelapa dan sedikit garam. Selain itu, pada saat penumbukan harus mengerahkan tenaga besar. Untuk menyelesaikan ukuran 5 kg beras ketan memakan waktu tidak kurang dari 1jam.

(Metropolitan.id)

About Author: Jaenal Indra Saputra

Gravatar Image
Jaenal Indra Saputra adalah seorang penulis di media online. Dia bekerja di bagian IT di perusahaan tempat dia bekerja.