Saat musim hujan tiba, banyak warga Jakarta di bantaran sungai mengkhawatirkan banjir kiriman dari Bogor. Salah satunya melalui Pintu Air Katulampa. Petugas pengawas Bendungan Katulampa menjadi sumber informasi soal ketinggian air di bendungan kepada rakyat Jakarta.
“Harus siap 24 jam. Saya sudah kurus begini nanti tambah kurus kurang tidur. Apalagi Kalau musim hujan, tidur paling tidak pukul 03.00-04.00 WIB karena kita harus memonitor terus. Itu suatu tanggung jawab,” ujar Kepala Petugas Pelaksana Bendung, Andi Sudirman di Bendung Katulampa, Jl. Babadak, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2015).
Pria berkulit sawo matang dan memakai kacamata ini sudah mengabdikan diri sebagai petugas pengawas di Bendungan Katulampa sejak tahun 1987. Bendungan Katulampa sendiri telah berdiri sejak masa pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1911.
Saat kawasan puncak Bogor dibasahi hujan, beberapa relawan akan mengabarkan penjaga Katulampa terkait durasi lamanya hujan. Dengan demikian, Andi dan timnya akan memantau perkembangan air tersebut.
“Kalau di puncak sudah hujan 2 jam, kita laporan kondisi terbaru kordinasi dengan Depok dan Jakarta. Setelah itu kita lakukan pengecekan. Nah setelah di bendung aman, baru kita ke lapangan untuk cari sampah atau ada longsor,” kata Andi yang merupakan warga sekitar bendungan itu.
Andi dengan 7 orang rekannya rutin berjaga di lokasi setiap hari dengan aturan 3 shift: pagi, sore, dan malam. Timnya berkumpul lengkap di saat ada situasi genting, misalnya ketika ketinggian air mencapai berstatus siaga 1 atau 200 cm.
Andi yang merupakan PNS Jawa Barat ini kerap memberitahu rekannya di Depok dan Jakarta dengan peringatan ‘awas air dari Bogor di atas normal’. Setelah koordinasi itu, diperkirakan air akan sampai ke depok 4-5 jam setelah banjir di Katulampa.
Sedangkan Jakarta diprediksi mendapat kiriman banjir 10 -12 jam setelah siaga 1 di Katulampa. Menurut Andi, kondisi siaga satu ini pernah terjadi pada tahun 1996, 2007, 2010, 2013, 2014, dan 2015. Biasanya ketinggian tersebut datang pada pertengahan Desember, tapi menurutnya pada November ini status sudah siaga satu yang tingginya mencapai 230 cm.
“Disaat musim hujan normalnya alirannya 20.000 – 40.000 liter per detik, tapi tiba-tiba msim hujan ini sampai 400.000 liter per detik di kawasan ini, kondisi itu termasuk pada saat siaga 1 baru November ini,” papar Andi.
Petugas Bendungan Katulampa terdapat 8 orang, Andi dan tujuh orang lainnya mengaku sering mengangkut sampah saat banjir di Katulampa usai. Andi mengatakan, sampah kiriman dari Katulampa ke Jakarta tidak terlalu mendominasi karena masih terdapat anak-anak sungai lain sepanjang kali Ciliwung.
“Kita sudah bersihkan pohon-pohon, kebanyakan sampah yang ada karena sampah alam, misalnya longsor. Setelah banjir sarapan pagi kita adalah mengangkut sampah pohon. Nanti kalau kita biarkan bisa terbawa ke hilir,” papar Andi yang berkata dengan nada cepat itu.
“Setelah banjir kita bikin sodetan-sodetan supaya sedimentasinya tidak menumpuk dan mengurangi kapasitas bendungan. Setelah dibangun sodetan air langsung digelontor ke hilir,” imbuhnya.
(DETIK.COM)