Sistem satu arah (SSA) di seputaran Kebun Raya Bogor (KRB) Bogor, Jawa Barat, yang bakal diterapkan awal 2016, dinilai hanya akan memindahkan kemacetan di sejumlah jalur alternatif. Sebab bagi pengendara daripada memutar jauh, lebih memilih jalur tikus.
Pakar tranportasi Universitas Pakuan Budi Arief mengatakan, dampak penerapan SSA ini akan berujung pada meningkatnya penggunaan jalur alternatif. Misalnya, bagi pengendara dari Jalan Sudirman yang hendak ke Balaikota Bogor atau kantor dan sekolah di sekitar Istana Bogor di Jalan Juanda akan memilih jalur alternatif.
“Pengendara tidak mau mengkuti jalur SSA Jalan Jalak Harupat-Jalan Pajajaran-Tugu Kujang-Jl,Otista-Bogar Trade Mall (BTM)-Jalan Juanda. Akibatnya kemacetan akan pindah ke jalur alternatif seperti Jalan Pengadilan, Kapten Muslihat, Mayor Oking, Paledang, dan sekitar Pasar Anyar,” jelasnya, Selasa (8/12)
Dia justru meminta Pemkot Bogor melakukan kajian mendalam. “Kalau saya kemectan di skeitara KRB itu akibat banyak angkot, begitupula kendaraan pribadi yang parkir sembarangan. Sebab itu perlu ada kajian lagi,” katanya.
Sedangkan Ketua Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Yayat Supriyatna mengatakan, SSA seharusnya sudah diterapkan November lalu. Sebab itu, kajian ilmiahnya sudah lengkap dan hanya ada beberapa item yang mengganjal, salah satunya masalah Kaki-5 di beberapa jalur tersebut.
Selain itu, ada beberapa rambu lalu lintas yang harus dibongkar, salah satunya posisi lampu merah. Dia optimis dengan SSA ini tidak akan ada lagi penumpang yang turun sembarangan di seputar Istana Bogor. “SSA ini dipastikan akan membuat Jalan Juanda sangat lebar, dan akan kita buatkan jalur jalan untuk pesepeda,” tutupnya.
(Poskota)