Pemerintah Vietnam menyampaikan kemarahannya atas tindakan China yang mengerahkan senjata dan pesawat-pesawat pembom (bomber) di Kepulauan Paracel, kepulauan yang jadi sengketa di Laut China Selatan.
Hanoi memperingatkan bahwa tindakan Beijing membahayakan perdamaian di kawasan tersebut. Meskipun Vietnam tidak menyatakan kapan pesawat-pesawat pembom itu tiba di Kepulauan Paracel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Le Thi Thu Hang mengatakan tindakan Beijing mengancam kedaulatan negara.
“Fakta bahwa pihak terkait mengirim senjata dan (pesawat) pembom,” katanya pada hari Kamis, seperti dilansir Reuters, Jumat (21/8/2002).
“Tidak hanya melanggar kedaulatan Vietnam tetapi juga membahayakan situasi di daerah tersebut,” ujar Le.
Kepulauan Paracel dan Spratly telah diklaim China dan beberapa negara lain, termasuk Taiwan, Filipina, dan Vietnam.
Namun, di bawah kebijakan “Satu-China” Presiden Xi Jinping, pulau-pulau tersebut tetap berada dalam klaim historis Beijing.
Minggu ini, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menyelesaikan latihan tembak langsung di Laut China Timur. Latihan telah dilakukan selama tiga hari di wilayah tersebut yang akan dianggap sebagai tanda kekuatannya melawan Taiwan.
Menurut Komando Teater Timur PLA, latihan tersebut dilakukan di sekitar Taiwan. Seperti Kepulauan Spratly, Taiwan juga masih dianggap bagian dari China oleh Beijing berdasarkan kebijakan Xi Jinping.
“Pelatihan meletakkan dasar yang kokoh untuk memenangkan pertempuran, sambil memoles kemampuan tempur pasukan,” bunyi pernyataan militer China.
Latihan tembak langsung oleh China tersebut dilakukan saat Angkatan Laut AS mengirim kapal perang yang lain melintasi Selat Taiwan.
AS terus melakukan latihan ini untuk menggambarkan dukungannya terhadap kemerdekaan Taiwan dan kebebasan navigasi.
“Armada ke-7 AS yang bermarkas di Jepang melakukan operasi Angkatan Laut yang dikerahkan ke depan untuk mendukung kepentingan nasional AS di wilayah operasi Indo-Pasifik,” bunyi pernyataan Angkatan Laut Amerika.
Sebagai armada Angkatan Laut terbesar AS, Armada ke-7 berinteraksi dengan 35 negara maritim lainnya untuk membangun kemitraan yang mendorong keamanan maritim, mempromosikan stabilitas, dan mencegah konflik.
Kapal perang USS Mustin adalah kapal ketujuh yang melewati Selat Taiwan tahun ini.
Aksi unjuk kekuatan ini terjadi ketika China mengeluarkan peringatan kepada Amerika atas kunjungan Menteri Kesehatan AS Alex Azar ke pulau otonom itu.
Lantaran kunjungan Azar sebagai perjalanan tingkat tinggi pertama oleh seorang pejabat AS sejak 1979, China memperingatkan perdamaian di kawasan itu sekarang terancam.
Pejabat militer China, Kolonel Ren Guoqiang mengatakan; “AS harus menyadari bahwa China harus dan akan dipersatukan kembali, dan peremajaan besar bangsa China harus dan akan dicapai.”
“Tindakan ini telah mengirimkan pesan yang sangat salah kepada otoritas Partai Progresif Demokratik (DPP),” ujarnya merujuk pada partainya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
“Kami mendesak pihak AS untuk segera memperbaiki kesalahannya, menghentikan kontak resmi dan militernya dalam bentuk apa pun dengan Taiwan, dengan sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu-China dan tiga komunike gabungan China-AS, dan berjanji bahwa insiden serupa tidak akan terjadi lagi,” katanya.
“Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China. “Masa depan Taiwan terletak pada reunifikasi dan kesejahteraan rekan senegara Taiwan terletak pada peremajaan nasional.”
(Sindonews)