Pengolahan sampah menjadi bahan bakar minyak untuk kompor yang diciptakan tim pengelola sampah Desa Legok Kidul, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang dinilai masih perlu dikembangkan.
Hal tersebut, karena hasilnya juga dinilai masih belum sempurna dan masih sederhana karena inovasi tersebut sejauh ini masih dalam proses ujicoba untuk melihat hasil sementara.
“Kita juga masih perlu berkorban (materi) dan masyarakat harus terlibat, serta pemerintah daerah harus peduli terhadap inovasi ini,” ujarnya di Kantor Desa Legok Kidul, Kecamatan Paseh, Senin (7/9/2020).
Meski inovasinya masih masih sederhana, tetapi pihaknya yakin bahwa kedepan sampah yang dijadikan bahan bakar minyak untuk kompor itu bisa bernilai ekonomis yang tinggi jika terus dikembangkan.
“Alhamdulillah, walaupun masih sederhana mungkin kedepan bisa lebih maju lagi dan bisa membantu kebutuhan masyarakat di Desa Legok Kidul,” kata Beni.
Menurutnya, untuk saat ini manfaat dengan adanya inovasi bahan bakar minyak dari sampah plastik tersebut, setidaknya baru bisa mengurangi penumpukan sampah yang bisa membuat lingkungan tidak nyaman.
“Insya Allah, bahwa dengan pengelolaan ini pengendalian sampah di lingkungan masyarakat sudah bisa diciptakan,” ucapnya.
Untuk memanfaatkan bahan bakar dari sampah ini, penggunaannya harus ditunjang dengan beberapa alat seadanya yang terbuat dari botol bekas serta selang agar kompor gas bisa menyala seperti kompor pada umumnya.
Setelah itu, kompor pun baru bisa menyala dengan waktu yang juga bisa bertahan lama. Tetapi, terkait hal ini tergantung berapa banyak minyak dari sampah itu yang nantinya akan digunakan
(Tribunjabar)